#TanyaSendiriJawabSendiri: Mengapa Lebih Mudah Jadi Kutu Loncat Pindah-pindah Tempat Kerja Dibanding Bertahan di Tempat Kerja yang Sama?




Sepertinya saya cukup valid untuk menjawab pertanyaan #TanyaSendiriJawabSendiri kali ini. Sebab tiga tahun belakangan, saya sudah pindah tempat kerja sebanyak 4 (empat) kali, setelah sebelumnya hampir empat tahun berhasil bertahan di perusahaan yang sama.

Kira-kira, kenapa ya? Mengapa lebih mudah jadi kutu loncat pindah-pindah tempat kerja dibanding bertahan di tempat kerja yang sama?

Berdasar pengalaman pribadi, riset kecil-kecilan bertanya ke ChatGPT, dan menelusuri beberapa jawaban di platform Quora, berikut ini alasan-alasan paling masuk akal mengapa kita (khususnya saya sih) lebih mudah untuk loncat-loncat pindah tempat kerja dibandingkan bertahan di tempat kerja yang sama, antara lain:

1. Kesempatan karir yang lebih besar

Karyawan yang berpindah ke perusahaan baru mungkin memang mencari dan kemudian mendapat kesempatan untuk memperoleh posisi yang lebih tinggi atau tanggung jawab yang lebih besar, yang mungkin tidak tersedia di tempat kerja sebelumnya.

Mengapa faktor gaji tidak saya tempatkan di urutan pertama?

Karena manusia itu makhluk yang memiliki ego. Udah dikasih hati, minta jantung. Udah dikasih kelimpahan materi, eh masih penasaran perihal aktualisasi diri.

Sehingga manusia, entah kenapa, selalu berhasrat untuk menuntaskan rasa kepenasarannya dengan mencari jawaban dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, dari perusahaan A hingga perusahaan Z, bertemu bos berkarakter begini sampai berkarakter begitu, yang mana proses dari satu pencarian ke pencarian lainnya tentu tak selalu mulus. Roller coaster experience lah pokoknya mah... tapi tetep saja dilakukan.

2. Gaji yang lebih tinggi

Biasanya, perusahaan lain (terutama yang satu sektor industri) akan menawarkan gaji yang lebih tinggi bagi karyawan baru, apalagi jika karyawan baru tersebut berasal dari perusahaan kompetitor.

Benefit gaji alias salary tentunya masih menjadi daya tarik bagi karyawan yang ingin mendapatkan penghasilan yang lebih besar, dengan beban kerja yang sama atau setidaknya tak terlampau jauh dibanding yang ia dapat dari perusahaan sebelumnya.

Sebab ya, memang pada dasarnya, tujuan kita bekerja untuk mencari nafkah alias cuan, ya gak sih?

3. Lingkungan kerja yang lebih baik

Karyawan yang merasa tidak nyaman dengan lingkungan kerja di tempat kerja sebelumnya, mungkin akan mencari perusahaan baru yang memiliki lingkungan kerja yang lebih menyenangkan atau sesuai dengan value yang mereka pegang dan percayai.

Ini, walaupun tampak sepele, tapi ngaruh banget. Sebagian besar orang yang resign, merasa tidak cocok dengan bosnya. Dan sebagian besar lainnya, merasa tidak cocok dengan orang-orang terkait yang harus mereka bekerja mereka sesehari. 

Terlebih bagi Gen-Z yang lagi naik daun sebagai angkatan kerja yang sedang produktif-produktifnya, di mana karakter mereka kecenderungannya begitu mudah terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal, terutama faktor lingkungan atau circle kerja mereka.

Sehingga sungguh tidak heran kenapa Gen-Z resign-nya cepet-cepet.

4. Tuntutan pekerjaan yang lebih rendah

Karyawan baru mungkin tidak memiliki tuntutan pekerjaan yang sama seperti di tempat kerja sebelumnya, sehingga mereka merasa lebih mudah dan santai.

Kerja lebih gampang, hidup lebih tenang.

*

Namun, penting untuk diingat bahwa loncat-loncat pindah tempat kerja juga memiliki risiko dan dampak negatif, seperti membangun jaringan profesional yang kurang kuat dan tidak memiliki stabilitas pekerjaan yang jangka panjang.

Hal-hal tersebut sudah saya alami sendiri tiga tahun belakangan. Tiap masuk kantor baru, kita ya harus mulai dari nol lagi.

Buang semua pencapaian. Buang semua respek yang telah berhasil diperoleh selama ini. Buang kenangan-kenangan indah dengan bos kesayangan di tempat lama. Buang pengalaman yang selama ini dibangga-banggakan.

Sebab di tempat baru, kita seolah bayi yang terlahir kembali yang harus belajar dari nol lagi, tanpa tahu apakah esok hari kita berhasil mencapai target atau under perform. Dan percayalah... upaya itu semua... bikin capek. Banget. Fisik dan mental.

Yang bisa lo lakuin cuman: terus berjalan.

Pada intinya setiap pekerjaan selalu tidak sesuai dengan harapan. Ada saja yang bikin kita, "Hah, kok gini sih??", semisal masalah gaji, suasana kerja/kantor tidak cocok, tanggung jawab pekerjaan (job description) bejibun, rekan-rekan kerja yang toxic, fasilitas kerja kurang, besar kecilnya perusahaan, politik kantor, dan sebagainya.

Dengan demikian, bagi Anda yang baru masuk angkatan kerja, sebaiknya jangan bermimpi terlalu tinggi, seperti menginginkan gaji besar sekaligus mendambakan pola kerja yang enak dan santai, fasilitas banyak, dan bekerja di perusahaan besar. Tetapi nikmati dan syukuri pekerjaan yang Anda dapatkan, dan sebaiknya Anda tidak terlalu mudah berpindah-pindah pekerjaan, terkecuali lantaran muncul faktor eksternal; misal Anda kena PHK.

*

PS. Artikel ini adalah semacam tulisan apresiasi untuk siapa pun Anda yang telah sebegitu kuatnya menahan ego serta kesabaran ekstra untuk dapat bertahan di suatu tempat kerja yang sama selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun lamanya.

Bertahan, sesungguhnya adalah kemampuan yang jauh lebih sulit ketimbang terus mengejar sana-sini. Italia, berbekal filosofi pertahanan gerendelnya (yang banyak orang, bilang strategi licik, tak suka bahkan mengecam strategi dan filosofi sepakbola mereka), berhasil menjuarai piala dunia sebanyak 4 (empat) kali.

Bandingkan dengan Belanda yang berfilosofi bahwa, "Pertahanan terbaik adalah dengan terus menyerang" (dan banyak sekali orang yang terhibur bahkan tersihir karenanya), nyatanya nihil gelar juara dunia sampai saat ini.[](ch)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama