Padalarang: Berkat Jadi Stasiun Tujuan KCIC, Kini Harum Namanya di Mata Mesin Pencari Google

Dua-tiga tahun lalu, kalau saya search di Google atau Youtube nama Kecamatan kelahiran saya, "Padalarang", tak banyak berita baik yang muncul. Berita buruk pun tidak ada.

Kalau dari sudut pandang SEO, suatu keyword, jika dilakukan pencarian terhadapnya di kolom mesin pencari dan hasilnya berita buruk pun tak ada, itu menandakan bahwa keyword tersebut tidak dianggap penting oleh society.

Yang muncul pun, paling-paling terkait kupat tahu Padalarang, tips dan informasi menuju Goa Pawon. Itu pun berkat exposure dari tayangan traveling ala-ala My Trip My Adventure di stasiun TV yang dulu seragamnya keren di mata milenial itu.

Sekarang, jika saya ketikkan kata kunci Padalarang di mesin pencari Google, isinya cukup membahagiakan. Berkisar antara berita, infomasi, tips-tips yang berhubungan dengan Kereta Cepat Indonesia (KCIC, atau yang belakangan keretanya sudah dinamakan Whoosh itu). Hampir merata di halaman pertama, kedua, ketiga, tak hingga😊

Kalau di marketing, mungkin ini namanya "cipratan awareness" (saya sendiri sih yang bikin istilahnya barusan). Awareness yang diperoleh "gratis" secara sistemik dari kebijakan pemerintah dan negara.

Benak saya melayang dan menyama-nyamakan antara Padalarang dengan Ssangmun-dong. Ibarat di drakor Reply 1988, Padalarang mungkin mirip Ssangmun-dong; daerah satelit alias pinggiran penyangga kota besar, yang dahulunya tak punya impact signifikan bagi perkembangan bangsa dan negara, kini perlahan berubah jadi titik penting sebagai tempat perhentian warga urban SES A & B ibukota penumpang KCIC yang mau tidak mau, suka tidak suka, mereka harus turun di Padalarang, tanpa kecuali.

"Hakan siah! Baheula mah aing dipoyok sebagai Bandung Coret lah, ukur dilangkungan hungkul ku maraneh teh, teu punten-punten acan!"

Kitu meureun mun Padalarang bisa ngomong ka urang dayeuh nu rek pelesir healang healing hulang huleung ka Banung.

*Lanjut nonton Reply 1988*📺

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama