“Gimana sepanjang tahun 2022 lo, Cep, apakah semuanya so far so good? Atau semuanya sucks?”
Kalo boleh saya rangkum, “Yang hilang banyak, yang datang tak sedikit.”
Yang hilang:
1. Rumah (karena longsor dan beberapa alasan personal yang mustahil saya ungkap di tulisan ini, saya akhirnya memutuskan untuk menghentikan cicilan KPR). Jujur, kehilangan ini cukup menampar psikologis saya dan istri sepanjang tahun 2022. Namun, setelah melewati berbagai ujian, saya bersyukur kami bertiga masih dapat bertahan sampai hari ini. Terima kasih diriku. Terima kasih istri dan anakku. Terima kasih orangtuaku. Terima kasih Allah. Alhamdulillah.
2. Rumah orangtua di Bandung pun “hilang” karena pertengahan tahun ini sudah dijual. Hasil penjualan rumah orangtua, dibagikan secara syariah ke kami anak-anaknya. Rumah masa kecil kami=kenangan. Meskipun secara fisik rumah itu hilang, namun secara kenangan ia tetap terekam dalam benak kami. Minusnya: saya jadi gak punya kampung, gini ternyata ya rasanya gak punya kampung…
3. Rekan-rekan kerja sedivisi yang menyenangkan satu per satu pergi (jujur, tanpa sadar, realitas ini cukup menyiksa psikologis saya juga, maklumlah, dulu saya terbiasa dengan situasi dan lingkungan kerja yang jarang banget karyawan yang resign, soalnya pada nyaman, baik secara personal, karier, terutama secara finansial) sampai mereka pensiun. Di situ saya barulah sadar, kehadiran manusia itu sulit untuk digantikan manusia lainnya. Dan saya berani mendaulat, manusia bukanlah komoditi semacam minyak goreng, tepung terigu, ataupun kuota internet yang ketika diganti dengan jutaan barang lain yang serupa, hasilnya sama saja. Tidak, rasanya beda. Mungkin karena manusia adalah produk seni dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang unik satu sama lain. AI sekalipun saya pikir mustahil bisa menggantikannya. Ya, poin 3 ini saya rasakan cukup berat. Hal berat yang sebelumnya saya pikir takkan seberat ini sebelum merasakannya secara langsung.
4. Dan omong-omong manusia, terakhir, saya pun kehilangan bos yang secara chemistry saya merasa sudah klop (seumur-umur, sepertinya saya baru ketemu bos yang 99% cocok) yang secara mengejutkan ia cabut juga di penghujung tahun 2022. Berpengaruh? Sudah pasti. Jangan tanya. Begitulah.
Yang hilang, memang banyak. Tetapi yang datang pun tak sedikit. Yang datang:
1. Berbagai mimpi-mimpi dan angan-angan semasa muda banyak yang terwujud di tahun 2022, di antaranya: ingin jadi copywriter & scriptwriter (angan-angan semasa kuliah), ingin menerbitkan buku semasa kuliah akhirnya terwujud lewat “company profile” di kantor yang 99% isi & brief kreatifnya saya yang tulis, ilustrasi roket yang ditolak mentah-mentah semasa MT di kantor lama akhirnya terwujud di tahun ini di berbagai platform dan berbagai lokasi, ingin jadi fotografer & videografer akhirnya terwujud juga melalui event di kantor di tahun ini, ingin ke Jogja yang gak jadi-jadi sejak kuliah akhirnya terwujud juga di tahun ini, dan masih banyak juga anugerah yang datang sepertinya ya, jahat sekali saya kalo semua ini tidak saya syukuri sedalam-dalamnya.
2. Mobil seken untuk keluarga kecil kami, yang kami namai “Pak Tua”. Ya, berkat dari pembagian hasil penjualan rumah orangtua di Bandung, sebagian saya belikan mobil seken, sebab setelah lima tahun pernikahan dan punya anak empat tahun usianya, lama-lama kok mobil ini jadi kebutuhan primer, ditambah kala naik motor bertiga pada akhir pekan, pantat saya kerap pegal-pegal sampai 3 hari ke depan. Faktor obesitas dan usia dan jadi anak KRL. Yah… semoga Pak Tua senantiasa berkah dan jagjag waringkas salawasna nya, pemirsa…. Aamiin………..
3. Orang-orang baru dengan berbagai latar belakang, usia, dan karakter. Sebetulnya ini efek samping positif dari turn over rate yang aduhai tingginya di tempat kerja saya, sehingga tiap bulannya ada saja karyawan baru yang datang, kemudian keluar, kemudian datang lagi yang baru, begitu terus… Dengan bertemu orang baru, yang lebih muda, yang lebih pandai, lebih kreatif, lebih geek, lebih pandai berbahasa Inggris, lebih segala-galanya, jujur saja membuat kerendahhatian saya jauh lebih terasah. Setiap hari, saya terus dipaksa untuk merasa bahwa diri ini bukanlah siapa-siapa dan tiap saat saya tak lagi merasa sudah meraih pencapaian apa-apa, sebab manusia-manusia dengan talenta yang lebih baik jauh lebih banyak. Nyatanya di dunia ini emang gak boleh kita sisain ruang untuk sombong. Yang boleh sombong hanyalah Allah, yang Maha Segalanya. Bagi kita makhluknya, terutama saya, di atas langit masih ada langit, di bawah tanah masih ada kerak bumi (kalo saya tak lebih baik dari kerak telor). Tetaplah membumi. Tetaplah jadi diri sendiri yang gak bikin nyebelin orang lain. Mungkin, orang nyebelin adalah orang bener yang belum tobat dan belum sempat ditampar realita oleh Tuhan-Nya.
*
Sepertinya itu saja dari saya. Terima kasih, 2022. Teruntuk 2023, semoga lebih baik…. lebih baik hati bagi saya dalam menyayangi diri sendiri. Sebab kalo sudah sayang sama diri sendiri, sepertinya akan lebih mudah dan jauh lebih ikhlas untuk menyayangi orang yang saya sayangi.[]