Ekstra Puding

Enam belas hari. Cukup 16 hari. Andai lebih, saya rasa tidak akan sanggup lagi. Syukurlah, sedari kecil, kepikiran untuk jadi tentara pun tidak pernah terlintas, apa lagi bercita-cita. Saya pengen jadi orang sipil aja deh, yang bisa bebas nongkrong di mana-mana, bebas makan di mana-mana, dan bebas mengucapkan selamat pagi cukup dengan kata selamat pagi.

Keluar dari pusat pendidikan Senin siang kemarin, saya teringat ketika Brooks keluar dari penjara Shawshank. Bingung melihat peradaban. Brooks sudah puluhan tahun tidak melihat dunia luar, saya cuma dua minggu, tapi rasanya untuk menyeberang jalan pun sama susahnya sebagaimana Brooks hambir ditabrak mobil. Semua mendadak asing. Kaget saat becermin karena merasa saya jelek sekali dengan kulit wajah maupun sekujur tubuh yang gosong, kepala botak yang tumbuh malas-malas, serta mata bergayut kantung. Ingin kembali lagi? Brooks iya, tapi saya, tidak, terima kasih.

Ada satu istilah di sana yang berkesan bagi saya sampai sekarang. Ekstra puding. Istilah pengganti untuk coffee break atau jeda 15 menit sekitar pukul 10 pagi. Apakah menunya cuma puding? Tidak ada sama sekali, malahan. Yang justru sering hadir adalah getuk, kue talam, lemper, dan lontong. Puding, yang termaktub sebagai nama, tidak pernah ada.

Kenapa berkesan? Tidak tahu. Seneng aja dengernya. Tak perlulah alasan. Seperti cinta, kalau terlalu banyak alasan, mungkin kita tidak sungguh-sungguh terkesan.

Ekstra puding. Puding, makanan yang setengah padat, setengah cair. Lembek. Tapi membuat segar siapa pun yang memakannya. Manis. Dingin. Mudah ambyar, tapi tak apalah karena puding bukan rakyat yang konon harus senantiasa bersatu. Toh lengket-lengket juga kalau ditambah fla susu.

Memang, makan apa pun di sana, tidak ada yang bikin enak. Sangat tidak dianjurkan untuk direview Food Blogger. Pagi, siang, sore, semua menu dapur yang aroma seisi ruangannya bikin mual harus dimakan tergesa-gesa karena katanya di sana bukan warteg atau restoran. Selain ke diskotek, FPI harusnya sidak juga ke sana karena cara mereka makan tidak sesuai sunah rasul yang menganjurkan mengunyah 33 kali sebelum ditelan. Silakan kalau berani.

Apalah itu, barangkali setiap hari kita butuh kekuatan tambahan pada waktu tertentu. Tenaga ekstra. Dalam jeda yang tentu takkan pernah lama sebab waktu tergolong sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, mungkin. Dalam suasana ketergesa-gesaan, seolah-olah sepuluh menit kemudian mau kiamat saja. Supaya kembali semangat menghadapi apa pun, kita tak pernah tahu. Supaya kembali menjelma air yang hendak diapa-apakan pun tetap bergeming.

Apa merek pemutih wajah yang cepat mengembalikan wajah rupawan?[]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama