Pelet-pelet likuid mengetuk kaca pengemudi, menampar
helm pengendara, menenun peluh hasil memeras
seharian demi tuntutan entah siapa menuntut, tidak jelas,
tapi semua merasa harus tunaikan tuntas.
Masih banyak yang merasa perlu bekerja keras.
Ingin lekas sampai rumah adalah kemewahan ketika
lampu langit mati menyalakan pompa awan-awan hitam
gendut menjelang pukul lima dan tidak ada yang
tahu kapan ia berhenti. Semua ingin
pulang tepat waktu, sudah cukup bahagia.
Kesuksesan tak pernah tepat waktu.
Tenda bubur ayam ramai, tenda pecel lele semarak.
Tidur tenang ibu-ibu penjual tahu granat, pisang cokelat, seblak keparat,
sudah cukup lelah menggaruk inovasi apa lagi untuk
memuaskan pelanggan yang tidak lebih setia dari penyintas politik.
Jas hujan bocor, aspal licin, lubang menyamar, menyita
stok waspada yang sudah habis seharian. Tidak ada yang luar biasa;
luar biasa hanya milik pebisnis asuransi dan penjaja mimpi.
Merakit perahu kertas saat hujan, mengapungkannya
ke parit. Sabar menunggunya mengambang jauh.
ke parit. Sabar menunggunya mengambang jauh.
Atau keburu lapuk oleh hujan tanpa sempat melajukan harapan.
Butuh lebih dari sekadar harapan untuk terus berjalan.[]
Butuh lebih dari sekadar harapan untuk terus berjalan.[]