Aneh, langka, minoritas. Dan bersiaplah untuk teralienasi dari teman-teman segenerasi.
Saya berani menjawab demikian, karena saya merasa salah satu dari kaum minoritas tersebut.
Guru dan orang-orang tua dulu, pasti pernah menanyakan, apa sih yang kita, bocah-bocah tengil saat itu inginkan dan angankan ketika sudah dewasa nanti.
Mayoritas teman saya ingin menjadi juragan beras, saudagar di pasar, kerja di oil & gas, kontraktor sipil, hingga pengusaha material bangunan.
Kalau ditarik benang merah, sebagian besar ingin menjadi orang kaya sesuai referensi di sekitar mereka. Panutan yang untuk membeli rumah pun gak usah pusing mikirin KPR dan gak perlu sampai harus terbodohi rentenir digital guna mengepulkan cerobong dapur.
Saya sendiri juga heran kenapa dari kelas 4 SD, jika ditanya mau jadi apa, selalu menjawab ingin jadi ilmuwan. Peneliti. Wartawan. Analis pasar. Tipe-tipe kerjaan yang mikir-mikir gitu lah. Bukan yang bau duit.
Dalam otak saya tidak kepikiran unsur-unsur materialistis yang sebenarnya saya sadari merupakan kebutuhan paling pokok. Karena toh hidup, di mana pun, perlu uang.
Jalan yang saya pilih ini, memang sunyi. Gak ada yang peduli value-value abstrak. Karena orang tuh maunya yang konkret, yang pasti-pasti aja, kan.
Dunia saat ini semakin materialistis, memang. Coba sebutkan, perihal apa yang tidak bisa ditakar dengan uang? Tidak perlu saya sebut, sepertinya sudah banyak yang tahu betapa meleburnya uang dalam daging manusia. Bahkan organ tubuh saja sudah ada taksiran harganya di pasaran kalau-kalau orang kepepet, terus terpaksa jual ginjal, misal.
Tapi yang namanya nominal, gak ada batasnya. Dan tidak jelas sesungguhnya parameter kesuksesan atau kemewahan itu bagaimana, seperti apa. Relatif tergantung role model masing-masing orang.
Kamu pengin sekaya Bill Gates, mungkin karena tidak tahu dan tidak ada yang tahu di balik silau media, ada yang lebih kaya dari dia tapi diem-diem bae. Atau kepuasan batin kamu adalah pengin salat pakai mukena 4 juta bikinannya Syahrini? Bebas.
Ya, jawabannya mungkin, tergantung siapa role model kamu?
Kalau saya, sampai sekarang selalu iri dan "ingin menjadi" orang yang hidup berdaulat atas pilihannya sendiri, prinsipnya sendiri, tak sering ambil pusing omongan spectator di luar sana. Tak peduli ia kaya atau papa, saya selalu kagum dengan orang seperti itu.
Menyaksikan Raffi Ahmad beserta kemewahan gaya hidup keluarganya, saya sama sekali tidak peduli.[]
Catatan: Ini adalah salinan jawaban saya di Quora untuk pertanyaan Apa tanggapanmu mengenai orang dengan usia yang masih muda namun tidak tertarik dengan uang ataupun barang mewah?
Sumber gambar: Pexels