Terlalu sering saya menuliskan tentang diri saya sendiri di blog saya sendiri. Memang sebetulnya mungkin saya ini haus panggung di dunia nyata sehingga pelariannya adalah ngedumel di dunia maya, salah satunya di blog tercintah ini.
Kalau saya ditanya apa saja 5 fakta yang lumayan menggambarkan diri saya, mungkin inilah deretan fakta-fakta yang tidak terlalu mengejutkan berikut.
Gendut
Saya yakin seyakin-yakinnya, aspek yang dilihat manusia pertama kali pada perjumpaan pertama adalah fisik. Baik wajah, bentuk tubuh, dan pakaian yang membalut ia saat itu. Saya rasa mustahil orang yang pertama kali ketemu kita langsung melihat hal-hal fana semacam hobi, visi hidup, apalagi passion.
Yang dapat kamu lihat dari fisik saya adalah: gendut. Badan saya berlebihan lemaknya, yang sangat susah untuk direduksi dari tahun ke tahun. Dan topik gendut inilah yang sering saya bahas, sering saya galaukan di blog ini. Karena yah, begitulah, orang yang gak pernah gendut saya yakin gak bakal pernah ngerasain susahnya nurunin berat badan setengah kilo sekalipun. Maka dari itu saya hanya dapat meresahkannya di sini.
Sebenarnya saya sudah pernah agak kurus (iya, perlu ditambahkan dengan agak, sebab kalau ditimbang masih terkategori overweight) pas saya kerja di Cikarang delapan tahun lalu. Namun sekeluarnya dari sana badan saya perlahan namun pasti kembali seperti sedia kala.
Yang saya butuhkan mungkin hanyalah doa. Atau rukyah.
Suka Mikirin Hal-hal Gak Penting
Saya masih ingat komentar seorang teman di STM yang seringkali mengatakan, "Lu sering mengatakan hal-hal gak penting di saat genting." Dan respons saya ketawa aja karena emang bener.
Semua hal seremeh apa pun selalu saya pikirkan, pertanyakan, sesekali saya katakan ke orang lain. Kenapa ini begini, kenapa itu begitu. Andai bisa saya keluarkan isi di dalam otak ini, mungkin bakal banyak bertebaran huruf-huruf W, H, Y, dan tanda tanya.
Menurut saya semua hal itu gak ada yang gak penting, dan gak selalu penting juga. Sebab sesuatu menjadi penting ketika sesuatu itu bertemu dengan situasi dan kondisi yang relevan. Selebihnya berserak, mewujud dalam bank ide, yang dapat diambil, ditambahkan, bahkan dipinjam.
Sekarang saya menemukan bank-bank pertanyaan itu di Ask FM dan Quora yang sering saya akses baru-baru ini.
Hati kecil saya menyuarakan ingin menjadi bank ide bagi siapa pun, dari background mana pun yang sedang membutuhkan apa pun kapan pun.
Gak Suka Ikan
Fine. Ini adalah fakta yang paling penting karena menyangkut hidup dan mati saya (kalau orang gak makan ya mati kan).
Sebetulnya saya sudah mencoba untuk menyukai makhluk yang hidup di laut, kolam, sungai, hingga empang ini. Namun selalu gagal saat ikan tersebut baru sampai ke pucuk hidung.
Bagian apa yang tidak saya sukai dari ikan?
Pertama, duri. Yang bisa bikin kerongkongan kesumbat kalau makannya gak hati-hati. Kedua, aroma. Bau amis adalah bau yang mustahil dihilangkan dari ikan jenis apa pun. Aroma amis ikan, bagi penciuman saya, jauh lebih menusuk dibanding bau amis jeroan ayam maupun sapi.
Terlebih ikan asin. Saya sampai bingung, apa yang dapat dinikmati dari ikan asin kalau kita harus makan sesuatu yang keasinan? Bukankah itu merusak kenikmatan?
Tidak seperti orang lain yang berbeda pilihan calon presiden saja sampai gak mau bersentuhan tangan untuk salaman karena haram katanya, saya justru sangat respek sama orang yang sangat-sangat cinta mati sama ikan. Istri saya adalah salah seorang di antara mereka, yang hidup serumah dan semeja makan dengan saya.
Jadi, tidak ada yang perlu dimasalahkan, bukan, jika kita semua berbeda? (sok berpesan moral)
Lebih Suka di Balik Layar
Kamu salah besar kalau menyuruh saya jadi Sales Herbalife yang mesti basa-basi dulu sama target pembeli sebelum melancarkan senjata utama berupa janji-janji body aduhai. Yang ada si target justru menasihati saya, "Kalau ngomong tuh jangan sambil kumur-kumur, Mas."
Sebelum ngomong, saya selalu berpikir terlebih dahulu. Dan terkadang proses berpikir ini bisa cepat, seringkali lambat, sehingga saya sudah biasa dikatain sebagai orang yang lemot.
Boleh dibilang, apa yang saya katakan biasanya sudah terkonsep terlebih dahulu di otak. Karena jujur saja, kalau gak gitu, semisal saya spontan ngomong asal jeplak dari mulut, kadang suka gak nyambung sama lawan bicara saya. Kemudian hening.
Mungkin jangan-jangan settingan bahasa di otak saya bukanlah bahasa manusia. Untuk dapat keluar dari mulut dan dapat dimengerti, wajib melalui proses konversi bahasa dulu supaya terstandardisasi sebagai bahasa manusia.
Orang Bandung yang "Enggak Bandung-Bandung Banget"
Sumber foto: Pexels.com
Tags:
30daychallenge2019