Cita Rasa Terasi dalam Ayam Bakar Oma Waroenk Talubi



Keotentikan cita rasa makanan pada masa lampau selalu ngangenin. Era saat pengusaha rumah makan tidak perlu latah menambahkan green tea pada daftar menu minuman, hingga sama-sama menggeprek ayam dan mengoleskan sambal bawang di atasnya.

Waroenk Talubi melalui resep Omanya berhasil menghadirkan kembali cita rasa makanan rumahan zaman dulu yang mungkin mirip-mirip dengan yang biasa dimasak oleh Oma atau nenek kita.

Semula Waroenk Talubi memang berupa gerai oleh-oleh khas Bogor saja, belum merambah rumah makan seperti sekarang. Tersihir resep warisan leluhur owner Waroenk Talubi, ketika mampir ke sana saya serasa makan di rumah nenek dua puluh tahun silam. Lengkap dengan alunan musik Indonesia medio 80an yang sengaja diputar sepanjang siang itu di Waroenk Talubi yang kian menangkup atmosfer nostalgia; sebut saja Rinto Harahap, Panbers, Betharia Sonata dan seangkatannya.


Pada kunjungan saya waktu itu sayang sekali nasi uduk sebagai menu andalan resep Oma Waroenk Talubi belum matang lantaran mungkin kami datang kepagian. Alhasil mau tidak mau saya memesan nasi putih biasa yang sama-sama tersaji dengan taburan bawang goreng.

Menu andalan lain adalah ayam bakar yang ndilalahnya tersedia sehingga saya pesan bagian pahanya. Selain itu kami minta juga seporsi babat dan tahu goreng.



Yang perlu saya highlight adalah ayam bakarnya! Dengan dimensi yang tidak terlalu besar, mungkin jenis ayam pejantan, ayam bakar Oma Waroenk Talubi ini berlumur bumbu kemerah-merahan. Saat saya hidu, tercium aroma terasi yang cukup dominan. Dan begitu saya cicip, ternyata memang rasanya didominasi bumbu terasi dan setelahnya menempel awet di jari.


Kenapa saya highlight? Karena rasanya unik. Perpaduan antara pedas dan asin, tidak manis seperti ayam bakar Sunda yang dominan sekali sama yang namanya kecap manis. Merangsang memori saya bahwa saya pernah mencicipi ayam bakar berbumbu semacam itu, tetapi tidak berhasil menemukan kapan, di mana dan siapa yang pernah memasakkan untuk saya.



Adapun babatnya saya rasa oke juga, bumbunya pas, meresap dan tidak alot alias garing di mulut.

Selain ayam bakar yang sudah dihighlight tadi, sambalnya pun istimewa di lidah saya. Mula-mula biasa saja tidak menyengat. Namun beberapa saat kemudian keringat jagung menetes dari kepala saya. Saking nikmatnya, secara tidak sadar saya kepedasan.



Konsep rumah makan yang diusung Waroenk Talubi menurut saya masih fresh. Mungkin belum ada yang "seniat" Waroenk Talubi untuk menciptakan rumah makan dengan nuansa jadul mulai dari nama, jenis dan cita rasa menu, perabotan jadul seperti piring dan cangkir seng lurik, sematan papan quote di dinding yang memuat nasihat-nasihat khas nenek banget, hingga playlist musik pada zaman oma-oma masih muda.




Membuktikan bahwa cara membangkitkan nostalgia tak selalu menggunakan media foto, video, atau konten audio visual lain. Resep otentik Oma di Waroenk Talubi Bogor terbukti dapat menendang memori lebih dahsyat melalui lidah siapa pun yang tidak pernah kenal Omanya Waroenk Talubi sebelumnya, dan merasa itu adalah masakan Oma kita masing-masing.[]

Kuliner Bogor
Waroenk Talubi Kuliner Bogor
Buka setiap hari mulai pukul 07.00 - 22.00 (Senin-Minggu)
Jl. Surya Kencana No.278, RT.001/RW.005, Gudang, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16123
Nomor kontak: 0881-1776-580

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama