Saung Kuring Bogor: Restoran Sunda Khas Jalur Selatan di Bogor


Belasan tahun silam, ciri-ciri yang saya ketahui perihal restoran atau rumah makan Sunda yang sebenar-benarnya dapat dikatakan restoran Sunda (bukan rumah makan tanggung seperti Ampera) adalah luasnya pelataran parkir yang bisa buat main bola dan seabreg menu berlembar-lembar yang membuat kita bingung memutuskan pilihan.

Selain itu kapasitas kursi yang mungkin dapat menampung 500 pengunjung atau lebih, dan kehadiran akuarium berisikan ikan-ikan air tawar yang sekaligus menjadi bahan baku menu-menu di sana semacam ikan patin, gurame, bawal, maupun kakap air tawar.


Dulu saya biasa menemukan restoran Sunda semacam itu di sepanjang jalur Selatan Jawa Barat setelah Rancaekek menuju Garut, Tasik, Pangandaran. Sebut saja Ponyo, Katineung Rasa, Sindang Reret, dan restoran lain yang namanya saya lupa-lupa ingat.

Di Bogor, ternyata ada restoran Sunda yang konsep bangunan dan menunya mirip dengan restoran barusan. Saung Kuring namanya; restoran yang sudah cukup lama berdiri dan berlokasi di kolong jembatan layang tol lingkar luar Bogor atau Bogor Outer Ring Road (BORR).

Pertama kali saya mendengar Saung Kuring dari senior di kantor yang ngefans banget sama semua menu di sana, terutama sambal terasinya. "Sambelnya pas, gak terlalu pedes, dan bikin nagih. Sunda banget lah pokoknya", ungkapnya pada suatu hari.

Saya baru menunaikan kepenasaran untuk membuktikan hal itu beberapa bulan lalu bertepatan dengan bulan Ramadan. Mujur sekali kami datang pukul empat sore, tidak terlalu mepet waktu magrib. Sebab ternyata, semua meja sudah reserved! Gila engga tuh? Bukan nyaris lagi, semua!

Mengapa saya katakan kami mujur? Lantaran masih ada dua meja tambahan berupa meja tripleks yang kami syukuri dapat kami tempati untuk berbuka puasa petang itu. Kejadian tersebut melancipkan persepsi saya, pasti ada faktor X yang membuat Saung Kuring istimewa sehingga menjadi destinasi mayoritas bagi warga Bogor dan sekitarnya untuk berbuka puasa bersama.


Benar saja. Kami terpuaskan mulai dari pelayanan. Segenap pelayan termasuk supervisornya sangat sigap meladeni pengunjung. Kami memperoleh kursi tambahan itu saja berkat dipandu pelayan ramah berbaju putih hitam yang menurut asumsi kami adalah karyawan tambahan yang khusus bekerja pada bulan Ramadan saja.

"Mau pesan sekarang, Mas?"

"Kalau pesan sekarang, dihidangnya sekarang?"

"Engga. Nanti sekitar setengah enam menjelang azan magrib baru kami hidangkan dalam keadaan masih hangat, Mas."

Saya manggut-manggut seraya meminta lembaran menu. Sebenarnya tidak afdal rasanya apabila mampir ke restoran Sunda tidak mencicipi menu gurame. Namun karena saya hendak makan pada petang hari menjelang malam, saya rasa kurang pas kalau makan ikan malam-malam.


Saya putuskan untuk memesan ayam goreng sambal mangga dan ulukuteuk leunca. Tidak lupa menu kebangsaan saya kalau makan di luar: cumi goreng tepung. Adapun istri memilih babat gongso sebagai lauk berbuka puasanya yang terlihat menggiurkan pada buku menu, dan es cendol.

*

Sambil menunggu magrib yang masih sekitar 45 menit lagi, saya iseng celingak-celinguk melihat suasana Saung Kuring Bogor. Sekali lagi, mengingatkan saya pada restoran khas Sunda yang pernah saya kunjungi bersama keluarga pada masa kecil di tengah perjalanan dari Padalarang menuju Selatan Jawa Barat seperti Garut, Tasik, Ciamis. Apa saja yang bikin mirip?



Semisal jejeran akuarium berisikan ikan gurame. Kolam di kolong saung-saung lesehan yang di sana tampak menyembul mulut-mulut ikan nila dan ikan mas. Sayang sekali airnya keruh sehingga tidak terlalu elok difoto. Mungkin karena atap-atapnya sekadar meneduhi saung-saung lesehan tersebut, sehingga apabila hujan turun cukup lebat seperti waktu itu saya ke sana, kolam-kolam itu turut menampung air hujan.

Bagaimana dengan cita rasa makanan di Saung Kuring Bogor?


Lalapan komplet termasuk favorit saya yakni pohpohan sebagai teman sambal tersedia melimpah. Sambal yang tersedia cuma-cuma dalam wadah oranye pada setiap meja mengingatkan saya pada sambal "rumah makan Sastra"; rumah makan terkenal di Cihaliwung, Padalarang pada era 80-90an. Manis, gurih, dan pedasnya cukup menggigit namun tidak semenyiksa sambal-sambal zaman sekarang yang memakai cabe Jawa warna oranye segede kelingking itu.

Sambalnya terasa "sangat Sunda". Pada satu sisi ada yang sangat menggemari, di sisi lain pasti ada yang sama sekali gak doyan karena mungkin menurut mereka sambal ya harusnya pedas, tidak boleh ada manis sama sekali. Saya sendiri termasuk fans dari sambal khas Sunda macam sambal Saung Kuring ini ataupun di rumah makan Sambal Dower Cibinong, namun mengidolakan juga sambal bawang khas bebek Slamet.


Ayam goreng sambal mangga adalah menu pertama yang tersaji di meja. Ayamnya terasa segar berkat berbaur sambal mangga. Lebih surga rasanya saat saya cocolkan ke sambal terasi, benturan antara rasa asam mangga, pedas dan gurih membuat nasi sepiring gak bakalan cukup. Sayang sekali karena ayamnya ayam kampung sehingga ukurannya kecil dan ramping.


Untungnya saya memesan juga cumi goreng tepung yang sama surganya seperti ayam ketika dicocolkan ke sambal terasi kemudian dilahap bersama nasi hangat. Mungkin jika dicatat, saya menyikat 3 porsi nasi petang itu. Saung Kuring adalah destinasi paling cocok untuk menggagalkan diet.


Babat gongsonya istri pun enak banget! Manis, gurih, pedas, dan makin nendang saat dicocol... lagi-lagi sambal. Sepertinya waktu itu sambal dalam wadah oranye itu hampir tandas saya ciduk berkali-kali.

Kata kunci yang mungkin sangat tepat saya sematkan pada restoran Sunda Saung Kuring di Bogor ini adalah: manis dan gurih. Kalau pedas mungkin kurang tepat, sebab saya yakin banyak orang terutama yang berasal dari luar Jawa Barat bakalan protes lantaran pedas sambalnya kurang nendang.

Tapi bagi kuring sebagai orang Sunda yang gradasi pedasnya cukup luas, mulai menyatakan diri sebagai fans dari Saung Kuring terutama sambalnya yang berhasil menghadirkan kembali memori masa kecil terhadap restoran-restoran Sunda di sepanjang jalur Selatan.[]

Kuliner Bogor
Restoran Sunda Saung Kuring Bogor
Buka setiap hari mulai pukul 10.00 - 20.30 (Senin-Minggu)
Jalan KH Sholeh Iskandar No.9, Kedung Badak, Tanah Sereal, Kedung Badak, Tanah Sereal, Kota Bogor, Jawa Barat 16164
Nomor kontak: (0251) 8331885

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama