Beberapa destinasi kuliner olahan laut yang pernah saya coba biasanya menawarkan aneka hidangan laut yang diklaim masih fresh dari sumbernya. Hanya saja, konsekuensi dari menu fresh tersebut yang harus saya terima adalah harganya cenderung mahal.
Mungkin inilah mengapa rumah makan atau tenda seafood sekalipun tidak pernah mencantumkan harga pada lembar-lembar menunya. Supaya kita fokus saja dulu menikmati hidangan di meja tanpa perlu menakar seberapa dalam kocek mesti dirogoh, sebab seringkali tahu-tahu mesti nebus seratus ribu per orang untuk menu yang tak seberapa banyak dan enak.
Saya pun sempat berpikiran demikian saat hendak menjajal sajian seafood di Warung Biru. Malam itu kami melipir untuk makan malam ke Warung Biru yang berlokasi di Jalan Kapten Piere Tendean, Karangrejo, Banyuwangi, dekat Hotel Selamet, cukup dekat dari pusat kota. Walau sekilas mudah dijangkau, kami sempat memutar jalanan satu arah tersebut sekali lagi karena ragu-ragu saat menengok warung makan tersebut, takut salah tempat.
Warung Biru buka mulai pukul delapan pagi hingga 11 malam sehingga dapat dijadikan pilihan menu sarapan maupun makan malam di Banyuwangi. Kami berdua mampir ke sana sekitar pukul delapan malam. Sesampai di sana saya pasrah tidak bakal dapat kursi kosong lantaran warung seafood berukuran mungil tersebut cukup sarat pengunjung. Tapi syukurlah masih ada dua-tiga kursi untuk kami berdua.
Kami sempat menanti pelayan menghampiri. Tapi itu gak bakalan terjadi karena kita mesti nyamperin langsung ke etalase yang memajang aneka olahan laut yang sudah diungkep, siap untuk digoreng atau dibakar. Sepintas menu yang saya ingat adalah aneka ragam ikan, cumi, udang, dan tersedia pula menu non olahan laut seperti ayam dan daging sapi.
Saya sempat kaget karena seorang ibu yang saya duga merangkap sebagai pemilik warung cenderung agak ketus dalam melayani pesanan kami. Kemudian saya sadar, lebih baik dilayani apa adanya begini tapi makanannya enak daripada mendapatkan pelayanan artifisial di hotel tapi rasa seabreg makanan di sana gak ada yang enak. Karena siapa sih manusia yang dilahirkan hanya untuk melayani orang lain?
Kami sempat menanti pelayan menghampiri. Tapi itu gak bakalan terjadi karena kita mesti nyamperin langsung ke etalase yang memajang aneka olahan laut yang sudah diungkep, siap untuk digoreng atau dibakar. Sepintas menu yang saya ingat adalah aneka ragam ikan, cumi, udang, dan tersedia pula menu non olahan laut seperti ayam dan daging sapi.
Saya sempat kaget karena seorang ibu yang saya duga merangkap sebagai pemilik warung cenderung agak ketus dalam melayani pesanan kami. Kemudian saya sadar, lebih baik dilayani apa adanya begini tapi makanannya enak daripada mendapatkan pelayanan artifisial di hotel tapi rasa seabreg makanan di sana gak ada yang enak. Karena siapa sih manusia yang dilahirkan hanya untuk melayani orang lain?
Tak perlu menunggu lebih dari lima menit, kami berdua sudah disodorkan cumi dan udang goreng. Lengkap dengan sambal; item yang selalu bikin saya penasaran untuk menjelajahinya di mana pun, nasi sebakul, dan lalapan rebus. Tampilan sajian pada pandangan pertama, jujur saja kurang memikat selera saya, sehingga saya sempat ragu terhadap cita rasa olahan laut di Warung Biru. Dan keraguan ini luluh pada suapan pertama.
Luar biasa.
Memang terkesan berlebihan, tapi percayalah, saya berani bertaruh, tidak ada sambal yang menyamai kelezatan sambal Warung Biru. Rasanya tuh unik: pedasnya tidak terlalu menyengat tapi tetep aja bikin keringetan, tidak terlalu manis, pun tidak terlalu asin. Disempurnakan sensasi asam dari tomat. Sambal tomat ternyata mampu mencuri selera saya yang selama ini mengira sambal paling enak hanyalah sambal bawang.
Lantas bagaimana dengan cumi dan udangnya?
Aromanya segar, jauh dari amis, bumbunya bikin nagih! Membuat kami berdua beberapa kali menciduk nasi dari bakul karena memang antara sambal, nasi, udang dan cumi sudah seperti sahabat saja yang saling melengkapi. Cara mereka menggoreng oke punya, menghasilkan tekstur kering di luar tapi juicy di dalem. Hasrat pengin terus nambah, tapi perut udah nyerah. Bahkan saking ajaibnya sambel ini, istri sempet mikir, bisa gak ya kita beli sambelnya doang buat ditoplesin dan dibawa pulang ke Bogor?
Harganya?
Affordable price! Dengan pengalaman dan cita rasa unik yang saya papar barusan, sepertinya harga yang kami tebus kemarin sangat worth it.
Meskipun ramai, suasana di warung Biru cukup adem untuk disinggahi berlama-lama karena berada di pinggir jalan kota yang diteduhi rimbun pohon-pohon sepanjang jalan.
Sepulang dari sana, bahkan sampai sekarang, kami berdua masih suka membanding-bandingkan sambal jenis apa pun yang ditemui di Bogor dengan cita rasa sambal Warung Biru yang mulanya sempat membuat saya ragu itu. Karena apa pun bagaimanapun, ternyata yang perlu saya lakukan adalah: coba dulu.[]
Kuliner Banyuwangi
Rumah Makan Seafood: Warung Biru Banyuwangi
Buka mulai pukul 08.00 - 23.00 (Senin-Minggu)
Jalan Kapten Piere Tendean, Karangrejo, Banyuwangi 68411
Nomor kontak: 0823-3142-2858
Luar biasa.
Memang terkesan berlebihan, tapi percayalah, saya berani bertaruh, tidak ada sambal yang menyamai kelezatan sambal Warung Biru. Rasanya tuh unik: pedasnya tidak terlalu menyengat tapi tetep aja bikin keringetan, tidak terlalu manis, pun tidak terlalu asin. Disempurnakan sensasi asam dari tomat. Sambal tomat ternyata mampu mencuri selera saya yang selama ini mengira sambal paling enak hanyalah sambal bawang.
Lantas bagaimana dengan cumi dan udangnya?
Aromanya segar, jauh dari amis, bumbunya bikin nagih! Membuat kami berdua beberapa kali menciduk nasi dari bakul karena memang antara sambal, nasi, udang dan cumi sudah seperti sahabat saja yang saling melengkapi. Cara mereka menggoreng oke punya, menghasilkan tekstur kering di luar tapi juicy di dalem. Hasrat pengin terus nambah, tapi perut udah nyerah. Bahkan saking ajaibnya sambel ini, istri sempet mikir, bisa gak ya kita beli sambelnya doang buat ditoplesin dan dibawa pulang ke Bogor?
Harganya?
Affordable price! Dengan pengalaman dan cita rasa unik yang saya papar barusan, sepertinya harga yang kami tebus kemarin sangat worth it.
Meskipun ramai, suasana di warung Biru cukup adem untuk disinggahi berlama-lama karena berada di pinggir jalan kota yang diteduhi rimbun pohon-pohon sepanjang jalan.
Sepulang dari sana, bahkan sampai sekarang, kami berdua masih suka membanding-bandingkan sambal jenis apa pun yang ditemui di Bogor dengan cita rasa sambal Warung Biru yang mulanya sempat membuat saya ragu itu. Karena apa pun bagaimanapun, ternyata yang perlu saya lakukan adalah: coba dulu.[]
Kuliner Banyuwangi
Rumah Makan Seafood: Warung Biru Banyuwangi
Buka mulai pukul 08.00 - 23.00 (Senin-Minggu)
Jalan Kapten Piere Tendean, Karangrejo, Banyuwangi 68411
Nomor kontak: 0823-3142-2858
Kuliner seafood itu selalu menggoda. Kalau misalnya tempatnya menyediakan bakaran ikan, biasanya saya pilih menu tersebut. Tapi kalau lihat warung biru ini, sepertinya tidak ada menu bakar, jadi libas sotong atau ikan goreng paling pas
BalasHapusMenu bakarannya ada mas, cuma kemaren pas motret pembakarannya ngeblur, amatiran banget hahaa jadi aja gak dishow di sini fotonya
Hapus