Nama kafenya Peppino House. Terletak di Jalan Paledang No. 41, kafe yang eksis sejak Juni 2014 ini menawarkan tempat nongkrong yang menyasar segmen anak muda. Walaupun kami sebenernya gak muda-muda banget, tetep aja penasaran dan akhirnya mampir ke Peppino sore itu. Samakah Peppino dengan kafe-kafe terkini lain?
Letaknya tepat di pinggir jalan sehingga mudah ditemukan. Saat masuk, kita disambut aura vintage (kata istri sih pasti kalau malem nyeremin). Ada dua motor tua di sebelah kiri pintu masuk. Sebuah lukisan gaya Renaissance hiasi dinding sebelah kanan menuju tangga. Interior kafe didominasi nuansa putih dan temaram, memperkuat kesan vintage namun kekinian. Faktanya, Peppino Bogor memang menggunakan kembali rumah tua peninggalan kolonial, sehingga klop sama konsep kafe mereka yang mengusung desain vintage.
Kami naik ke lantai dua yang dindingnya dipenuhi mural-mural yang relate sama kopi, makanan, quote tentang citarasa, yah, kebanyakan sih mengagung-agungkan kopi. Dari situ saya menyimpulkan bahwa menu kopi yang ada di Peppino House lumayan digarap serius, jadi saya harus nyobain kopinya.
Menurut saya sih Peppino Bogor lumayan cocok dijadiin sebagai coworking space buat para pekerja lepas. Tapi gak tahu ya aturannya gimana kalau stay berjam-jam di sana. Kami ke sana pada hari Minggu, dan suasananya gak terlalu rame, tapi gak terlalu sepi juga, gimana ya, mungkin memang sasaran mereka itu, untuk menghasilkan atmosfer yang tenang. Didukung lokasi yang terletak di down town area, sehingga cukup jauh dari lalu lintas, polusi dan bising kendaraan-kendaraan besar.
Bicara tentang menu, Peppino menyuguhkan tiga variasi citarasa yaitu Western, Asian dan Indonesian, atau bahkan perpaduan antara ketiganya. Kemarin kami mencoba Fettucine Aglio Olio E Tuna dan Pepperoni Pizza. Fettucini yang kami pesan berlumur minyak. Semula istri menganggap itu kebanyakan minyak goreng, tapi setelah saya cium, wanginya beda, gak sesengit minyak kelapa, jadi semoga sih menggunakan olive oil seperti yang tercantum pada buku menu. Yang bikin beda itu keberadaan black olive ditambah taste yang pedes; ya, gak sepedes cabe sih, pedes rempah macam lada gitu.
Satu menu lain yakni Pepperoni Pizza. Berupa pizza tipis yang sesuai tag line pada menu; the real pizza yang enggak setebel pizza Amerika. Rasanya enak. Tanpa perlu dilumuri saos sambel pun (kebiasaan saya makan apa aja pake saos) sudah enak, dan gak pelit ngasih smoked beef. Tapi karena tipis, perut saya gak puas. Kurang mengenyangkan, kayak makan nachos (atau emang nachos ya?) yang menurut saya opak ala Western itu. Well, enggak masalah sih, toh kami ke sini bukan untuk makan besar.
Selain itu, saya mesen kopi Mandailing Medan karena sebelumnya saya coba mesen Kopi Toraja tapi kebetulan lagi gak ada. Penampilannya menjanjikan dengan buih karamel kekuningan dibentuk daun. Setelah diseruput, hmm, lumayan oke. Jujur sih baru pertama nyobain kopi Mandailing Medan, jadi saya gak bisa nyimpulin gimana-gimana kecuali enak. Dan karena saya ngebubuhin gula merah, manisnya jadi lebih kerasa macam karamel gitu. Nice.
Perihal harga, siapin aja minimal 200 ribu buat 2 orang. Dengan harga segitu, saya rasa worth it dengan yang Peppino kasih. Menunya variatif, tempatnya bikin makin betah para muda-mudi Bogor untuk berlama-lama di sana, karena walau gak ada AC, di dalem kafe masih kerasa sejuk, mungkin karena bangunan lama yang tebal tembok dan ventilasinya bagus. Apalagi lumayan banyak tersebar sofa empuk di mana-mana yang bebas dipakai tiduran pun. Sayang warnanya ungu.[]
Kuliner Bogor
Peppino House Bogor
Jam buka: 10.00-00.00 (Minggu-Jumat), 10.00-01.00 (Sabtu)
Jl. Paledang No. 41, Paledang, Bogor Tengah, Kota Bogor 16122
Nomor kontak: (0251) 8363989
Kuliner Bogor
Peppino House Bogor
Jam buka: 10.00-00.00 (Minggu-Jumat), 10.00-01.00 (Sabtu)
Jl. Paledang No. 41, Paledang, Bogor Tengah, Kota Bogor 16122
Nomor kontak: (0251) 8363989
Coba musholanya ditampilkan, apa ngga tambah horror :))
BalasHapushmm :((
Hapus