Sebagaimana menjaga berat badan supaya gak naik atau turun, emang susah menjaga konsistensi itu ya. Rencana awal tahun ini mau berkomitmen bikin postingan Keluyuran Akhir Bulan setiap bulan pada akhir bulan, tapi sekarang sudah akhir bulan April, dan yang kesampaian nyatanya cuma satu aja yaitu pada akhir Januari.
Kalau boleh beralasan, yah, mulai pertengahan Februari kemarin hari libur saya cuma Minggu, karena, ehem, setiap Sabtu mesti kuliah ke Cimanggis (jangan tanya kenapa saya kuliah lagi, kok kuliah gak kelar-kelar, masih kuliah S1 aja) jadi duduk manis dan tiduran cantik seharian di rumah merupakan sebuah kemewahan, sehingga boro-boro keluyuran atuh. Belum nilai UTS ancur karena emang gak ada effort belajar, belum hujan sepanjang hari, dan lain sebagainya yang bikin mood naik turun, belum uang bulanan minus. Yah gapapalah, siapa pula yang setia nungguin postingan ini sih?
Mumpung kemarin Minggu dan Senin libur, saya akhirnya bisa napas sejenak dari yang aneh-aneh. Sepedaan lagi setelah sekian lama! Dimulai dari Jumat tanggal 14 yang juga tanggal merah, dan akhirnya kemarin bisa leluasa sepedaan ngegosongin kulit dua hari berturut-turut.
Beberapa bulan ini saya kurang olahraga. Entahlah karena apa. Jadinya makin gendut. Celana mulai wanti-wanti di tengah kesesakan. Gak pede liat wajah sendiri di depan cermin. Muka saya biasanya kalau agak lama berhenti olahraga jadi muncul jerawat, dan teksturnya jadi kering, kerutannya makin jelas. Gak enak dipandang, bahkan oleh diri sendiri. Keringat bagi saya adalah facial gratisan yang bikin muka tampak kinclong tanpa oplas. Dan biasanya pula, kalau berhenti olahraga saya suka jatuh sakit, gampang tertular virus. Itu terjadi beberapa minggu yang lalu, menyiksa banget.
Sepedaan lagi, mulai dari jarak yang deket yaitu ke rumah kakak di Ciluar, tempat saya nebeng hidup beberapa tahun lalu. Sekalian ngemis sarapan, sekalian minta dibekelin makan siang (masih aja gak tahu malu). Jarak ke sana kurang lebih 20 kilometer lah pulang-pergi. Lumayan untuk pemanasan betis (dan pantat, tentu saja) lagi setelah setahun lebih gak bersepeda.
Kemudian hari Minggu kemarin saya ke Sempur. Dengan pedenya, kirain batas kawasan Car Free Day di sana masih seperti dulu, yaitu setelah rumah sakit Salak sampai lapangan Sempur. Eh, sekarang cuma di sekitar Air Mancur sampai sebelum RS. Salak toh. Banyak tukang jualan pula yang bikin jalan kayak cendol. Di situ saya terpaksa menuntun sepeda, khawatir menabrak anak kecil yang hampir semua memakai dan main sepatu roda.
Kenapa ya? Usulan Pak Presiden lagikah? Sekalian aja ibukotanya pindahin ke Bogor.
Setelah RS. Salak, CFD gak berlaku lagi. Kendaraan bermotor boleh melintas bebas. Lalu lintas tidak terlalu padat sebab mungkin masih pagi. Sekarang trotoar dilengkapi jalur khusus sepeda yang... useless. Terlalu sempit dan sering dipakai orang jogging atau berjalan dengan anjing, apanya yang jalur sepeda? Mau tak mau tetep gowes di jalan aspal. Bodo amat diklaksonin mobil-mobil pelat B juga dah, Safety First!
Dan baru sadar bahwa lapangan Sempur sudah selesai direnovasi. Berubah nama jadi Taman Ekspresi. Rumput-rumputnya tampak seperti karpet atau memang karpet sintetis ya semacam di Alun-Alun Bandung, entahlah, saya belum sempat mencicipi, karena percayalah, suasana terlalu ramai dan bingung nyimpen sepeda di mana. Lebih ramai daripada dulu. Tapi sedikit lebih rapi dan tertib.
Tidak lama-lama nongkrong sendirian di situ, cuma rihat sejenak, mencuri udara banyak-banyak untuk bekal jalan pulang yang lebih terik, tapi kerja betis relatif lebih ringan sebab jalur pulang ke rumah cenderung menurun. Sampai rumah, saya serasa gak punya pantat. Setelah tiga-lima kali sepedaan lagi nanti mungkin tubuh bakal kembali terbiasakan.
Semoga Keluyuran Akhir Bulan 3 tidak seasal-asalan ini ya...[]