Rezeki Mi Glosor


Salah satu keajaiban dunia versi saya adalah mi glosor. Akhirnya dapat berbuka dengan mi glosor lagi. Tahun lalu masih di Cirebon, di sana tidak ada mi glosor. Ramadan tahun lalu adanya mikirin skripsi yang ternyata gak guna, gak berfaedah sama sekali, tidak mengenyangkan seperti mi glosor.

Setiap bulan Ramadan, di kampung-kampung daerah Bogor dan sekitarnya pasti berjamuran yang menjajakan mi glosor. Biasanya ditemani oleh kroket isi bihun, dan proteslah jika kamu beli mi glosor dan kroket tapi tak dikasih seplastik sambal kacang encer. Tuntut saja ke Badan Metrologi. Itu sudah jadi standarisasi.

Tidak semua orang suka mi glosor. Jika disurvey, mungkin yang doyan mi glosor tergolong minoritas. Mungkin lantaran terlalu sederhana sebab hanya terbuat dari aci, lantas cuma dibumbui bawang putih, kemiri dan lada saja. Tidak seperti mi biasa yang berasal dari gandum. Atau karena terlalu murah? Ya, mahal dan murah harga tak selalu sebanding dengan permintaan. Malah menimbulkan tanya berselubung kecurigaan. Seperti Louis Vuitton KW super, semurah apa pun harganya, gak bakalan Syahrini beli.

Katanya sih aci alias tapioka cenderung menyehatkan lambung. Makanya mungkin hidangan tradisional untuk berbuka puasa itu kebanyakan terbuat dari aci. Kolak biji salak terhasil dari adonan antara ubi dan aci. Es cendol ada campuran tapiokanya, sekoteng juga. Apa lagi ya? Cireng, cilok, cimol, cilor, seblak, ah sebutin aja deh semua. Termasuk mi glosor beserta saudaranya: kerupuk mi kuning alias mireng.

Mi glosor pun menyehatkan dompet ribuan pedagang takjil dadakan di pinggir jalan arteri yang mulus maupun jalan pelosok kampung yang bolong-bolong, hingga di persimpangan gang-gang permukiman padat. Sebanyak itu orang yang berjualan dengan produk yang sama: mi glosor, mireng, kroket, dan gorengan-gorengan gemes lainnya. Tapi semuanya ada yang beli. Heran. Padahal kan sama saja. Apakah masalah selera lidah yang berbeda-beda? Mencari-cari harga yang paling murah? Atau tergantung pedagang mana yang lebih banyak diutangi, dialah yang seseorang hindari untuk ke situ membeli?

Saya harus mulai percaya, rezeki akan datang tergantung pada kerja keras masing-masing kita. Mulai memercayai kekuatan diri. Memahami kekurangan diri. Dan realistislah. Ngapain jualan Louis Vuitton di kampung yang makan daging pun setahun sekali? Hermes KW 5 pun gak bakalan ada yang beli. Terlalu mahal bagi mereka untuk dipakai menampung belanjaan dari pasar. Kurang gede untuk menyelundupkan besek pengajian.

Jadi, sudah berapa kali bolong tarawih dengan alasan hujan? Kalau saya nunggu masjid kosong deh (keburu lebaran).[]

4 Komentar

  1. Wah udah lama juga gak nyobain mie glosor walaupun gak suka-suka banget sih..

    Setujulah ttg rezeki itu, jgn lupa juga harus lebih banyak bersyukur...good luck!

    23to35.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Wah, saya malah baru tahu kalau ada yang namanya mi gosor gan. Makasih infonya ya gan.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama