Betapa [Tidak] Adilnya Dunia

Dunia adalah panggung sandiwara. Buat apa membuat sandiwara di dalam sandiwara? Hanya akan membuat Tuhan tertawa.
—Semar

Pernah kepikiran bahwa sebagian orang pinter di Indonesia itu kadang lebih goblok dari segoblok-gobloknya orang goblok?

Pertengahan tahun lalu, Novel Baswedan ditangkap polisi, dengan tuduhan penganiayaan karena dulu, dulu sekali, pernah (disinyalir) menyiksa beberapa pencuri burung walet di Bengkulu. Jabatan dia waktu itu sebagai Kepala Resort Kriminal Bengkulu yang tentu secara langsung dianggap paling bertanggungjawab atas kasus penganiayaan pencuri burung walet itu.

Orang baik selalu banjir tuduhan. Penjahat berlimpah pembelaan.

Kehidupan adalah ketakutan-ketakutan yang datang bergiliran.

Jangan-jangan, suatu malam ketika saya tidur bersama anak istri, rumah kami digrebek polisi. Mereka meringkus saya atas tuduhan “Membiarkan Jawaban Ulangan Harian Disontek Teman Sebangku Pada Waktu SD”. Bukan saya yang menyontek, teman saya yang menyontek. Tapi katanya, kejahatan terjadi bukan saja karena niat sang pelaku, namun pula kesempatan yang dibuka lebar-lebar oleh korban.

Berdasar premis itu maka baik si pelaku maupun korban sama-sama harus diusut tuntas. Saya menyiapkan diri untuk menerima vonis gantung karena saya dianggap paling berandil terhadap perilaku korup generasi seangkatan.

Sementara itu, Kabareskrim yang mengesahkan surat penangkapan saya adalah teman sebangku saya yang setiap ulangan harian dan THB semasa SD selalu menyontek saya.

Laporkan dia balik? Paling-paling saya jadi kena pasal berlapis: pencemaran nama baik.[]

2 Komentar

Lebih baru Lebih lama