Lekaslah Berlalu, 2015

"2015 akan menjadi tahun yang berat," seorang paranormal berujar di infotainment setahun yang lalu. Setahun bergulir, mengapa Tuhan lebih memilih mengabulkan hasil tenungan paranormal seleb itu ketimbang membaca resolusi di blog saya?

Berat badan yang kembali berat. Semakin berat.

Mungkin gara-gara kalap menyantap segala rupa makanan. Stres selalu membuat otak saya menyempit, sebaliknya usus merayu-rayu mulut melebar, agar pasokan pangan ditambah. Stres menghadapi cobaan, ujian, rintangan yang datang sporadis, kadang perlahan namun tetap berhasil menyayat hayat, terasa semakin berat.

Relationship yang kian erat, semakin dijalani semakin berat. Berat untuk melepaskan, berat untuk melanjutkan.

Gejolak ekonomi, ingar bingar politik, konflik sosial Indonesia dan hal-hal gak penting lain tambah mencekik leher ratusan juta rakyat. Apakah rakyat memang terlahir untuk mengunyahkan derita setiap menjelang jam makan para wakil rakyat?

Ah, 2015. Tahun yang berat.

Baru kiwari saya tak sabar tahun yang masih harus dipijak detik ini supaya lekas berlalu. Berlalulah yang jauh. Jangan kembali lagi.

Biarlah tulisan ini dibaca semua orang, termasuk orang-orang penting atau orang-orang sok penting, suka-suka kalian mendaulat saya sebagai manusia pesimistis, individualis, egosentris, sok idealis, budak introvert abis, dan sifat-sifat lain yang selalu negatif di mata dunia. Entah dunia yang mana. Dunia nyata yang faktanya lebih maya ketimbang dunia maya yang kadang terkesan apa adanya?

Semula saya cuma ingin menyederhanakan hidup. Namun nyatanya berusaha hidup sederhana itu rumit.[]

2 Komentar

Lebih baru Lebih lama