Abis Sidang Ngapain

Gak tau. Mau jogging buat ningkatin stamina, tiga hari belakangan malah hujan subuh-subuh sampai pagi pukul sembilan. Keburu siang menjadi alasan urung lari pagi. Mau jalan-jalan, gak punya duit. Apalagi backpackeran ke Thailand. Duitnya dari Hongkong. Mau hunting kuliner ke restoran yang keren-keren, bukan kelas lokal dan kaki lima, selain gak punya duit, kok sayang ya kalo cuma diabadikan pake kamera hape. Iya, belum kebeli lagi kamera yang agak bagusan. Pake kamera hape Asus ini, hasilnya banyak melahirkan noise yang bikin mata kita perih seperti foto di atas, selain memang posenya merangsang kamu untuk muntah darah.

Seperti penganggur-penganggur lainnya, sehari-hari saya habiskan di depan laptop dan televisi. Nonton kesintingan Kai Wong di DigitalRevTV dari episode lama ampe episode kemarin (iya, keinginan untuk punya kamera bagus udah akut banget). Menonton lawakan gak lucu dari sidang MKD yang udah ngeluarin tiga sekuel. Saking garingnya, malah bikin ketagihan. Kayak keripik setan. Atau memang mereka titisan setan? Nonton televisi sejak bangun tidur hingga mata perih menjelang tidur. Esoknya paginya, pusing pala barbie. Basuh muka. Setel TV lagi. Nonton lawakan garing lagi. Oh ya makan tentu saja. Tak usah saya sebut pun udah ketebak dari tubuh saya.

Gak kerasa banget sih udah mau 2016 aja. Suasana kuliah di kelas ternyata terakhir saya alami setahun silam. Mulai 2015 tidak ada kegiatan di kelas lagi, waktu saya habiskan di pabrik untuk praktik kerja dan penelitian. Tahun ini usia saya 24. Sialnya naluri mengecoh perasaan yang masih merasa sebaya ketika melintas di depan anak-anak SMA yang bikin gemes itu. Padahal anak-anak SMA sekarang sudah seusia keponakan saya. Gila... waktu itu kejam. Saat saya ingin cepat, ia lambat. Ketika ingin saya perlambat atau bahkan saya bekukan, ia terus melenggang tanpa perasaan berdosa.

Awal tahun ini saya menuliskan kata kunci "Kerja" yang ternyata tidak tercapai. Belum, jika saya senantiasa berpikir positif seperti pesan buku The Secret. Entah, jika kegalauan, keraguan merundung. Yang terakhir lebih sering muncul dalam pikiran. Sampai-sampai tensi darah tinggi.

Mungkin kata kunci tahun ini baru akan tercapai tahun depan. Mungkin. Tapi yah setidaknya skripsi sudah kelar, gak perlu lagi berpusing mengais rumus-rumus, wara-wiri revisi, gagal revisi, dan sidang pada akhirnya. Sementara tes rekruitmen kerja sudah saya lakukan. Yang dapat saya lakukan setelahnya hanya menunggu. Menunggu panggilan mereka yang harapannya abu-abu. Dan sayangnya, menunggu seakan diciptakan untuk membuat penunggu ragu. Semakin ragu. Menjelang tahun baru.[]

5 Komentar

  1. Tetap semangat yach mas nyari lowongan kerja dan jangan bosan-bosan kirim applikasi. Pasti keterima, ciayoo..

    BalasHapus
  2. kwkwk RT @Adelina: Tetap semangat yach mas nyari lowongan kerja dan jangan bosan-bosan kirim applikasi. Pasti keterima, ciayoo..

    BalasHapus
  3. coba menciptakan peluang kerja cepy sambil menunggu panggilan kerja yg belum pasti :D
    semangat!

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama