Tips Menulis untuk Pemula

Agak rancu sebenarnya judul di atas. Adakah seorang pemula dalam kegiatan menulis? Ada sih: balita berusia empat tahun. Karena semulai bersekolah, sesuai kurikulum dasar, kita pasti diajari alfabet, huruf hijaiyah, kemudian membaca―belum tahap merangkai―kalimat sederhana dengan cara mengeja. “Ini Budi”. “Ibu pergi ke pasar”. “Bapak membaca koran”. "Tono dan Tini kawin lari". Dan sebagainya.


Namun entah gara-gara budaya kita yang lebih menekankan budaya lisan, sehingga suatu sore lampau, berjam-jam saya kebingungan ketika sedang menulis artikel pertama di blog ini beberapa abad lalu. Padahal kita sudah diajari merangkai kalimat sejak sekolah dasar. Jadi semestinya, hari ini saya tinggal merem saat hendak menulis kalimat sederhana semacam: “Perut saya lapar ketika sedang menulis artikel blog.” Jadilah! Tapi, sesudahnya, malah timbul gangguan lain dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.

Apa aja tuh?

Misalnya, udah bagus belum sih tulisan gue? Curhat banget gak sih tulisan gue? Tulisan gue nyinggung orang lain gak sih? Udah nyastra belom sih tulisan eyke? Atau, ah gak jadi nulis deh, entar dibully temen malah.

Kali ini, berdasar pengalaman yang belum seberapa, saya mencoba jawab pertanyaan-pertanyaan itu dalam dua sub judul: menulis untuk media resmi dan menulis artikel blog. Mari mulai dengan…

Menulis untuk Media Resmi

1. Baik menulis untuk media resmi maupun di blog personal, dalam proses pengerjaannya sama-sama dilakoni secara serius, kadang malah serius bingits. Bibir manyun, kening mengerut, padahal kita sedang menulis komedi yang lucu abis, misalnya. Namun, mula-mula kita hanya perlu menumpahkan segenap isi otak kanan ke dalam halaman kosong di hadapan kita. Struktur kalimat yang melompat-lompat―kadang-kadang kayang atau sikap lilin―serta tanda baca yang kacau kita abaikan terlebih dahulu. Inilah prinsip menulis buruk. First draft is shit. Tidak ada tulisan pertama yang bagus.


Gak papa kita nyampah tulisan, asal gak dibuang sembarangan. Tulisan kita akan bagus bila kita mengedit habis-habisan setelahnya menggunakan otak kiri yang punya daya analitis. Mencincang alur dan unsur lain sehingga menjadi cerita menarik tetapi tetap masuk akal. Tulisan yang bagus dari para penulis favorit yang pernah kamu baca, terkadang telah mengalami puluhan kali editan, belum termasuk penyuntingan kru editor penerbit. Jadi mulai sekarang, ruahkan ide dan imajinasimu tanpa batas, barulah sesudahnya kita mengiris, meracik, hingga menyajikan tulisan mentah tersebut sedemikian rupa supaya nanti matang dan lezat untuk dinikmati pembaca.

Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan biasanya tidak menghasilkan apa-apa.
―Edward John Phelps (1822 – 1900)

2. Sebelum benar-benar menulis, sebaiknya lakukan riset kecil-kecilan mengenai topik yang akan kita jadikan bahan tulisan. Misal, kita pengin nulis cerpen tentang hujan, maka kita perlu menelaah tentang hujan. Apakah kamu suka hujan? Sukakah kamu pada aroma petrichor yang timbul berkat reaksi antara tanah kering kemarau dengan jarum-jarum hujan? Pada bulan apa sih biasanya hujan mulai intens turun? Gimana suasana hujan itu menurutmu, damai atau galaukah? Adakah kenangan masa silam yang memerangkap ingatanmu kala hujan melanda? Siapa orang yang selalu kamu ingat ketika kehujanan malam-malam di jalanan sepi? Di manakah kamu biasanya berteduh menanti hujan reda?

Dan banyak pertanyaan lain yang perlu kamu jawab guna memperkokoh tulisanmu, hingga kelak mengakar dalam benak pembacamu.


Selain itu, riset kecil-kecilan ini dapat menopang kelogisan tulisan kamu. Jangan sampai ada orang yang berpikiran: Emang ada hujan pada bulan Agustus? Di Bogor mana ada hujan yang bikin damai, yang ada bikin pohon tumbang keleusss! Emang halte bus di sektor itu bisa dipakai berteduh ya, kan sekarang udah digusur jadi ruko? Atau, perasaan gak ada pohon-pohon rimbun deh di daerah sana, kok dia neduh di bawah pohon sih?

Sederhananya begitu. Jadinya malah gak sederhana, ya… hmm.

3. Good artist copy, great artist steal. Pastilah quote Picasso ini udah ngelotok di kepala kamu. Menurut saya sih ada benernya juga. Cerpen saya yang ini, terinspirasi dari cerpen Bernard Batubara yang benang merahnya sama, yaitu lelaki yang diam-diam mengamati seorang perempuan tak dikenal di dalam kafe. Tetapi, hasilnya jadi lain, saya sendiri juga bingung. Kok bisa ya?

Mungkin, karena saya tidak plek meng-copypaste cerpen dia seutuhnya menjadi cerpen saya. Saya cuma membedah struktur dan setting cerita dia, kemudian mengadaptasinya ke dalam cerita saya. Selanjutnya justru saya punya ilham konflik cerpen sendiri dan ending yang berlainan dengan cerita BenzBara. Dan juga terus terang, gaya menulis kami pun berbeda satu sama lain. Saya jauh lebih jelek hahaha..

Antara meniru konsep cerita dan plagiasi ialah dua hal yang berbeda. Meniru adalah menganalisis bagaimana tata cara berlatih Lionel Messi dan rahasia sukses ia sehingga dapat meraih Ballon D’Or sebanyak empat kali. Sedangkan plagiasi semacam mengamputasi kaki Cristiano Ronaldo kemudian kamu tempelkan pakai lakban pada pangkal pahamu, dengan harapan kamu menjadi pencetak gol tersubur di Eropa. Atau bahkan sekujur tubuh Ronaldo kamu begal untuk dirasuki oleh jiwamu sepenuhnya.

4. Jaring ide dari sekitarmu. Sebagai pemula, gak usah muluk-muluk pengin ngambil topik yang berat-berat, seberat berat badan saya. Telusuri gagasan yang paling dekat dengan kehidupanmu sehari-hari. Menye-menye juga gak papa, selama kamu menuliskan sesuai fakta dan perasaanmu, tidak terlalu dibuat-buat. Saya percaya, selama ini kita pernah mengalami peristiwa demi peristiwa bahagia, sarat tawa, penuh duka dalam kehidupan masing-masing, dan itu adalah harta karun yang potensial untuk difiksikan!

Setidaknya riset dari pengalaman diri sendiri lebih mudah dan hasilnya lebih meyakinkan ketimbang mencomot pengalaman orang lain yang belum sungguh-sungguh kita alami secara langsung. Rogoh ide dari pengalaman hidupmu, lengkapi dengan detail-detail pendukung ceritamu supaya lebih terfragmen sempurna dan pembaca mudah mencerna tulisanmu.

Cerpen saya yang lain, terlahir dari kisah nyata. Saya timba pengalaman itu, saya tuangkan ke halaman pengolah kata dalam beberapa jam saja. Tentu setelahnya saya taburi dengan bumbu-bumbu fiksi supaya lebih gurih dibaca. Pada kenyataannya sih... tetap hambar hahaha..

5. Perbanyaklah membaca. Saya masukkan poin terakhir, sebab jujur, membaca sangat penting bagi kita yang pengin menulis dengan baik. Bagi saya, membaca dan menulis seperti sepasang kekasih yang saling melengkapi. Kasarnya, seseorang tidak dapat mencium bibirnya sendiri. Tetap butuh partner. Demikian pula dengan membaca dan menulis, selayaknya sejoli, kendati sesekali cekcok satu sama lain, tetapi mereka ditakdirkan untuk saling membutuhkan. Pincang andai hidup sendiri-sendiri.

Buku-buku, film, lagu, maupun referensi dalam bentuk media lain adalah pupuk bagi tulisan-tulisanmu supaya lebih bergizi. Cara paling mudah yaitu dengan meresensi karya Penulis yang kamu sukai. Seperti yang pernah saya lakukan tiga tahunan lalu: Orang-Orang Proyek (Ahmad Tohari), The Zahir (Paulo Coelho), Surat Dahlan (Khrisna Pabichara), dan karya penulis lain yang sebatas saya telanjangi dengan coretan pensil dan sapuan stabilo.

Anjuran guru menulis saya, Daeng Khrisna, kita perlu membaca novel atau cerpen lebih dari satu kali. Pembacaan pertama untuk menikmati cerita apa adanya tanpa harus mikir terlalu kritis. Dan kesempatan kedua guna menandai kalimat-kalimat yang menurut kita sakit jiwa alias kok bisa ya Si Penulis kepikiran nulis beginian!

Selain itu tentu saja guna membedah plot cerita yang dikreasi penulis favorit kita, alhasil kita peroleh banyak formula-formula untuk kita praktikkan pada suatu kesempatan menulis nanti. Sehingga kelak mewujud cerita yang segar dan kekinian dari otak, jemari, dan hati kita, tidak justru berbuah cerita klise yang mudah ditebak.

Menulis Artikel Blog


Untuk sub judul kedua sekaligus terakhir ini, saya memercayakan tips-tipsnya datang dari teman-teman blogger yang kece-kece, baik hati dan rajin menabung. Saya persilakan teman-teman untuk berbagi pengalaman dan tips, gimana sih rahasia teman-teman dalam menciptakan postingan blog yang enak dibaca dan sarat makna pada kolom komentar di bawah.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk teman-teman. Tabik![]

14 Komentar

  1. wah jadi pengen belajar nulis nih.. privat ya cep ! hehe

    BalasHapus
  2. Yang nggak akalah penting itu adalah biasakan menulis hahahhaha. Itu yang susah banget :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya gan. konsisten itu penting. apalagi kalo aktivitas primer sedang padat-padatnya

      Hapus
  3. Makasih kang cepy tipsnya.. sudah bertahun-tahun saya ngeblog masih merasa seperti pemula saja ^^

    BalasHapus
  4. Kalau aku nulis di blog sih lebih enakan makek bahasa sehari-hari, ya nggak terlalu resmi gitu yang penting enak di baca. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga sekarang sedang ngembaliin style ke awal awal ngeblog. blak blakan tapi tetep tanggung jawab. biar lebih ngalir dan enak dibaca, gak malah bikin mumet :D

      Hapus
  5. Saya malah Nulis sesuai mood dan bahasan mas. Kadang formal, kadang suka-suka...
    hehehe..

    btw, template blognya keren banget mas
    :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahaha sama kak. yang penting idenya tersampaikan lah. dan banyak tamu yang baca *ngarep*

      alhamdulillah, makasih. blog kakak juga mantap dan lengkap!

      Hapus
  6. banyak baca banyak nulis, apa yg mau ditulis diriset kecil-kecilan dulu.. wah setuju banget!

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama