Tambahkan dengan Toblerone


Saya senang mengamati geliat jajanan pinggir jalan di sekitar rumah. Dua tahun belakangan, street food di Bogor, Cibinong dan sekitarnya dimarakkan oleh pedagang sosis bakar dengan ragam rasa dan bentuk. Bertusuk-tusuk sosis berbaris rapi pada baki-baki, pembeli mengambil sendiri ke piring masing-masing, seusai memilih tinggal menunggu sejenak sosis-sosis dibakar. Setelah matang sekaligus beraroma khas panggangan, sosis ditata pada styrofoam lantas dilapisi toping mayones dan sambal belibis.

Selain sosis bakar, yang unik dari geliat street food di sekitar kediaman saya adalah munculnya tren yang sebetulnya simpel tapi kok ya baru kepikiran sekarang. Dulu pernah kepikiran nggak kalau martabak coklat ala abang-abang, sekarang coklatnya berasal dari potongan toblerone, serpih-serpih silverqueen, dan olesan selai nutella? Atau es krim yang dibubuhi sereal serta ditaburi biskuit oreo yang sudah ditumbuk halus sampai menyerupai tanah di dalam pot?

Ide brilian. Selain membuat rasa jajanan jalanan semakin enak karena dibuat dari bahan baku premium, inovasi toping-toping bermerek itu pasti mendatangkan pangsa pasar lebih luas. Bila sebelumnya martabak sekadar kudapan yang hanya dibeli laki-laki dewasa sebagai "sogokan" untuk calon mertua saat malam minggu tiba, sekarang anak muda sepantaran SMA dan anak kuliahan menggandrungi martabak toblerone, yang sekarang tersedia di tiap sudut kota. Mencium peluang pangsa anak muda Bogor yang peduli rasa dan tampilan instagramable, menu beberapa kafe pun segera menambahkan embel-embel merek coklat & biskut pabrikan luar itu ke dalam menu pancake, waffle, hingga minuman semacam milkshake.

Tak hanya martabak dan menu kafe. Jajanan tradisional seperti surabi Bandung pun mengekor ide entah oleh siapa awal mula digagas. Jangan heran saat teman-teman masuk kedai surabi kekinian dan membaca daftar menu: surabi toblerone, roti bakar nutella, pisang keju silverqueen. Minumannya ovomaltine, milo, susu kocok waferstick alias astor, tinggal pilih.

Oh ya jangan lupakan kue cubit, kue genit yang makin moncer di benak anak sekolahan hingga mahasiswa. Kue cubit pun menerapkan ide yang serupa. Tambahkan dengan toblerone.

Memang ide itu berdampak terhadap harga jajanan yang sedikit lebih mahal. Bahkan dalam kasus martabak misal, bisa berharga dua kali lipat dibanding toping coklat meses. Menurut saya, toblerone terlalu mahal sebagai topping martabak. Karena ngemil toblerone doang pun sudah enak. Martabak toblerone justru, katakanlah giung di lidah. Jadilah martabak, pancake, surabi, menjelma bahan sekunder. Diracik dengan adonan seadanya, dengan keahlian semudah-mudahnya, sebab toh urusan rasa akan tertutupi oleh topping yang sudah ditakdirkan enak dari sananya.

Karena faktor kemudahan tapi ide brilian itu, ibu rumah tangga banyak yang mendadak jualan. Es krim pot terutama. Namun ibu-ibu perlu waspada. Mula-mula memang kita penasaran untuk mencoba jajanan aneh sejenis es krim pot. Namun setelah sekali mencoba, karena bahan-bahannya mudah didapat dari minimarket, mengapa kita tak coba bikin sendiri di rumah? Tak usah beli? Es krim instan banyak tersedia, oreo, sereal apalagi. Ide kuliner brilian yang mudah justru mendadak menjadi murah.

Setelah invasi coklat-coklat dan biskuit di atas, merek food and beverages apa lagi kira-kira yang ketiban promosi gratisan berkat inovasi sederhana para pegiat street food?[]

1 Komentar

  1. Mang ibra gerobakfood kuliner menyediakan Nasi kebuli 20rb, sate kambing 20 rb/10 tsk, nasi goreng kambing zaffaron 17 rb, soto betawi15 rb, sop kaki kqmbing 15rb, sop iga 18rb, gulai kambing aqiqah 20rb, tongseng 20 rb, shish kebab 20rb , soto tengkleng 15rb, nasi kuning rodemeh 10rb. Alamat bojong depok baru 1 gqperi dekat pangkalan 31 + 70 mtr dr pintu kereta..

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama