Diterjemahkan oleh: Cepy Hidayaturrahman
Proses pembuatan semen membutuhkan pengetahuan berbagai disiplin sains, seperti kimia, fisika, termodinamika, dan kimia-fisika. Perlu waktu bertahun-tahun untuk memahami pengetahuan dasar proses produksi semen dan proses pembelajaran ini cenderung tiada akhir, alias belajar semen seumur hidup. Selalu ada sesuatu yang baru di industri: jenis mesin-mesin baru, teknik operasional yang baru, dan kondisi yang membutuhkan upaya ekstra guna menyikapi perubahan-perubahan. Kegagalan untuk mencerna fenomena demikian sebagai tuntutan profesi, dapat menyebabkan stagnansi dalam menyelesaikan pekerjaan.
Sayangnya, bagi sebagian orang yang memilih karier di industri semen, pengetahuan ini tidak serta merta diperoleh di dalam ruang kelas nyaman atau sekadar di belakang meja kerja. Sebaliknya, untuk mengenali proses secara mendalam, kita harus bermandi pengalaman di lapangan. Untuk manager dan engineer hal ini berarti dia harus secara rutin meniyisihkan waktunya di firing floor, grinding departmenet, packinghouse, dan laboratorium quality control. Dengan melakukan hal ini, dia tidak boleh malu-malu manakala kembali ke office sehabis membersihkan chimney, misal, dengan kondisi pakaian kotor sekaligus berantakan, kontras dengan penampilan rapi staf manajemen.
Selama 23 tahun, Penulis telah bekerja di hampir seluruh departemen pabrik semen dan beruntung telah merasakan pengalaman mulai dari sebagai karyawan hourly sama baiknya dengan ketika menjadi staf manajemen. Sepanjang periode tersebut, tertimpa sak semen saat proses pemuatan ke truk, dust klinker yang menyelinap ke cuping hidung dan daun telinga saat operasional kiln, mata pedas berkat sapuan semen dan kiln dust, cipratan bara dari klinker panas, bergadang pada ribuan malam, panggilan mendadak tiada kenal waktu lantaran ada masalah operasional, dan 16 jam kerja sudah biasa Penulis alami.
Semua itu adalah bagian dari proses belajar.
Segenap peristiwa itu diharapkan tidak untuk menakut-nakuti lulusan baru saat terjerumus ke industri lantas kemudian disuguhkan harapan yang keliru bahwa semua pabrik semen adalah tempat yang sangat kotor untuk bekerja. Tidak semuanya demikian, tipis saja perbedaan dari industri proses lainnya. Bagaimanapun, banyak aspek positif untuk memulai karier di industri semen. Memutuskan hidup di industri semen, sebagai manager, engineer, supervisor, atau pekerja hourly, adalah pekerjaan yang jarang mendatangkan kemonotonan atau kebosanan. Di sini adalah medan teknik yang menarik untuk bekerja dan selalu sarat akan pengalaman tak terduga. Hal itu membutuhkan keahlian masing-masing individu yang dapat menangani masalah di depan mata. Merupakan kebanggaan bagi industri semen yang memiliki banyak sekali figur-figur yang dapat menyelamatkan situasi tanpa harapan kemudian mempertahankannya lancar, layaknya kereta yang melaju di atas rel. Penulis sendiri telah mengamati tenaga ahli dalam bidangnya menjalankan kembali mesin sehingga produksi berlanjut, padahal beberapa tahun silam yang lain sudah menyerah dan mengeluh bahwa alat-alat tersebut sudah melampaui batas alias terlalu tua untuk menggaruk pile di storage. Dalam kesempatan lain, pekerja dan supervisor, di luar jam kerjanya, mereka telah membuktikan dapat memperbaiki bagian alat dan menjalankannya kembali di bawah batas waktu normal yang di perusahaan lain belum pernah dan mustahil dilakukan. Mereka adalah pahlawan yang tak terdengar gaungnya di dalam industri semen, siapa yang baru melakukan tugas dan siapa nama bersangkutan biasanya takkan pernah muncul dalam sejarah bisnis. Pada bagian ini, Penulis khusus mendedikasikan buku ini untuk pahlawan-pahlawan tadi.
Buku ini bukan untuk memprakarsai genre work experience. Terlalu banyak variabel tidak diketahui yang masuk ke dalam proses, tentang cara untuk menangani situasi yang nyata. Dengan demikian sungguh keliru untuk menahbiskan buku ini sebagai kitab suci tentang cement manufacturing process. Maksud buku ini, bagaimanapun, guna menyediakan dasar apa dan bagiaman seseorang dapat menjembatani jurang antara teoritikal dengan praktikal. Penulis telah mencoba menyusun informasi teknis yang dianggap penting untuk menyuguhkan latar belakang proses yang baik kepada pembaca.
Merupakan hal yang luar biasa jika seorang engineer dapat melewatkan empat jam melakukan preparation test, satu jam actual test di lapangan, dua jam kalkulasi, dan dua hari dalam mengolah hasil pengamatan dan menulis laporan. Di dalam bab-bab buku ini tersedia work sheets yang dapat disalin oleh engineer sehingga menghemat waktu pekerjaan.
Karena sebagian besar formula-formula dalam buku ini dihadirkan dalam satuan British dan Metric, engineer tinggal memilih apa yang cocok dengan peralatan yang ada di lapangan dan kondisi operasi masing-masing. Jadi, Pembaca harus membiasakan diri untuk memastikan formula-formula dan satuan yang sesuai dengan pekerjaan dan proyek bersangkutan. Terlampir pula di akhir buku ini tabel konversi yang menuntun Pembaca supaya familiar dengan tiga unit satuan: British (English), Metric, dan Satuan Internasional (SI).
Penulis ingin menyaksikan perguruan tinggi atau universitas yang mendirikan “School of Cement Manufacturing Technology” di sini, di Amerika Serikat. Semacam institusi yang memungkinkan industri kita (industri semen—Pnj) untuk membangun pusat lahirnya para engineer baru guna mengikuti arus pesatnya perkembangan teknologi di industri Amerika Utara. Penulis harap sekolah tersebut akan dapat berkontribusi banyak terhadap industri semen Amerika Serikat sehingga mengurangi ketergantungan akan teknologi asing. Banyak sekali keunikan proses yang ditemukan dan dikembangkan oleh industri-industri semen A.S. Semoga pada masa mendatang kita dapat kembali mengambil alih teknologi mutakhir dalam proses pembuatan semen. Namun untuk mencapai demikian, perlu kiranya komitmen finansial dan segenap upaya yang lebih keras lagi dari kita semua.[]
Sayangnya, bagi sebagian orang yang memilih karier di industri semen, pengetahuan ini tidak serta merta diperoleh di dalam ruang kelas nyaman atau sekadar di belakang meja kerja. Sebaliknya, untuk mengenali proses secara mendalam, kita harus bermandi pengalaman di lapangan. Untuk manager dan engineer hal ini berarti dia harus secara rutin meniyisihkan waktunya di firing floor, grinding departmenet, packinghouse, dan laboratorium quality control. Dengan melakukan hal ini, dia tidak boleh malu-malu manakala kembali ke office sehabis membersihkan chimney, misal, dengan kondisi pakaian kotor sekaligus berantakan, kontras dengan penampilan rapi staf manajemen.
Selama 23 tahun, Penulis telah bekerja di hampir seluruh departemen pabrik semen dan beruntung telah merasakan pengalaman mulai dari sebagai karyawan hourly sama baiknya dengan ketika menjadi staf manajemen. Sepanjang periode tersebut, tertimpa sak semen saat proses pemuatan ke truk, dust klinker yang menyelinap ke cuping hidung dan daun telinga saat operasional kiln, mata pedas berkat sapuan semen dan kiln dust, cipratan bara dari klinker panas, bergadang pada ribuan malam, panggilan mendadak tiada kenal waktu lantaran ada masalah operasional, dan 16 jam kerja sudah biasa Penulis alami.
Semua itu adalah bagian dari proses belajar.
Segenap peristiwa itu diharapkan tidak untuk menakut-nakuti lulusan baru saat terjerumus ke industri lantas kemudian disuguhkan harapan yang keliru bahwa semua pabrik semen adalah tempat yang sangat kotor untuk bekerja. Tidak semuanya demikian, tipis saja perbedaan dari industri proses lainnya. Bagaimanapun, banyak aspek positif untuk memulai karier di industri semen. Memutuskan hidup di industri semen, sebagai manager, engineer, supervisor, atau pekerja hourly, adalah pekerjaan yang jarang mendatangkan kemonotonan atau kebosanan. Di sini adalah medan teknik yang menarik untuk bekerja dan selalu sarat akan pengalaman tak terduga. Hal itu membutuhkan keahlian masing-masing individu yang dapat menangani masalah di depan mata. Merupakan kebanggaan bagi industri semen yang memiliki banyak sekali figur-figur yang dapat menyelamatkan situasi tanpa harapan kemudian mempertahankannya lancar, layaknya kereta yang melaju di atas rel. Penulis sendiri telah mengamati tenaga ahli dalam bidangnya menjalankan kembali mesin sehingga produksi berlanjut, padahal beberapa tahun silam yang lain sudah menyerah dan mengeluh bahwa alat-alat tersebut sudah melampaui batas alias terlalu tua untuk menggaruk pile di storage. Dalam kesempatan lain, pekerja dan supervisor, di luar jam kerjanya, mereka telah membuktikan dapat memperbaiki bagian alat dan menjalankannya kembali di bawah batas waktu normal yang di perusahaan lain belum pernah dan mustahil dilakukan. Mereka adalah pahlawan yang tak terdengar gaungnya di dalam industri semen, siapa yang baru melakukan tugas dan siapa nama bersangkutan biasanya takkan pernah muncul dalam sejarah bisnis. Pada bagian ini, Penulis khusus mendedikasikan buku ini untuk pahlawan-pahlawan tadi.
Buku ini bukan untuk memprakarsai genre work experience. Terlalu banyak variabel tidak diketahui yang masuk ke dalam proses, tentang cara untuk menangani situasi yang nyata. Dengan demikian sungguh keliru untuk menahbiskan buku ini sebagai kitab suci tentang cement manufacturing process. Maksud buku ini, bagaimanapun, guna menyediakan dasar apa dan bagiaman seseorang dapat menjembatani jurang antara teoritikal dengan praktikal. Penulis telah mencoba menyusun informasi teknis yang dianggap penting untuk menyuguhkan latar belakang proses yang baik kepada pembaca.
Merupakan hal yang luar biasa jika seorang engineer dapat melewatkan empat jam melakukan preparation test, satu jam actual test di lapangan, dua jam kalkulasi, dan dua hari dalam mengolah hasil pengamatan dan menulis laporan. Di dalam bab-bab buku ini tersedia work sheets yang dapat disalin oleh engineer sehingga menghemat waktu pekerjaan.
Karena sebagian besar formula-formula dalam buku ini dihadirkan dalam satuan British dan Metric, engineer tinggal memilih apa yang cocok dengan peralatan yang ada di lapangan dan kondisi operasi masing-masing. Jadi, Pembaca harus membiasakan diri untuk memastikan formula-formula dan satuan yang sesuai dengan pekerjaan dan proyek bersangkutan. Terlampir pula di akhir buku ini tabel konversi yang menuntun Pembaca supaya familiar dengan tiga unit satuan: British (English), Metric, dan Satuan Internasional (SI).
Penulis ingin menyaksikan perguruan tinggi atau universitas yang mendirikan “School of Cement Manufacturing Technology” di sini, di Amerika Serikat. Semacam institusi yang memungkinkan industri kita (industri semen—Pnj) untuk membangun pusat lahirnya para engineer baru guna mengikuti arus pesatnya perkembangan teknologi di industri Amerika Utara. Penulis harap sekolah tersebut akan dapat berkontribusi banyak terhadap industri semen Amerika Serikat sehingga mengurangi ketergantungan akan teknologi asing. Banyak sekali keunikan proses yang ditemukan dan dikembangkan oleh industri-industri semen A.S. Semoga pada masa mendatang kita dapat kembali mengambil alih teknologi mutakhir dalam proses pembuatan semen. Namun untuk mencapai demikian, perlu kiranya komitmen finansial dan segenap upaya yang lebih keras lagi dari kita semua.[]
Kurt E. Peray
Dallas, Texas
Published in 1979