Ketika pacar mengajak makan pada malam Minggu, (selalu) terjadi percakapan berikut ini :
"Ay, lapeeer. Makan yuk!"
"Yuk. Ke mana?"
"Hmm, terserah."
"Nasi goreng? Ayam tulang lunak? Pecel ayam? Nasi lengko?"
"Emm, gak deh. Bosen."
"Ke mana dong? Solaria? Pizza Hut?"
"Ihh, jangaaan! Junk Food! Tar kamu tambah gendooot!"
"Iyee, terus mau makan ke mana?"
"Terserah."
*garuk-garuk perut pake garpu*
Sementara, awan mendung malam itu tidak mendukung niat kami menjelajahi Bogor Kota, daerah yang menyediakan seribu
Memang susah cari tempat makan enak di Cibinong. Tetapi Sabtu malam kemarin lain. Berbekal referensi dari internet, saya memutuskan menculik dia ke kafe di daerah Cibinong, tepatnya Cikaret, satu-satunya kafe di Bogor Coret yang punya konsep beneran kafe, bukan sekadar luarnya saja sok kafe tapi sajiannya biasa aja, gak lebih enak ketimbang warung tenda pinggir jalan.
Nama kafe asyik itu adalah Kafe Micasa, terletak di Jalan Cikaret Raya. Sayangnya lokasi kafe ini tidak terlalu mencolok sebab bukan berada di jalan Cikaret yang lebar, namun di percabangan menuju Karadenan-Sukahati masih lurus ke dalam lagi, menuju arah tembusan ke Depok. Patokannya adalah Masjid Al-Falah, jika teman-teman sudah melewati masjid pesantren tersebut, perlambat kendaraanmu sebab Kafe Micasa berada tidak jauh dan sejajar dengan masjid yang pada malam hari ramai oleh para santri yang mengaji tersebut.
Namanya juga hidup, sesampainya di sana saya sempat kecewa mendapati lapak parkir yang penuh dan nihil pula kursi yang kosong. Mana gerimis mulai turun, lengkap sudah, alamat gagal nih rencana makan enak. Beberapa saat kemudian, syukurlah kebetulan ada sekelompok pengunjung yang baru selesai makan dan hendak pulang. Kami langsung disambut pelayan (atau sekaligus pemilik ya?) yang sigap merapikan meja bekas pengunjung sebelumnya.
Menu sudah kami pesan, namun apa-apa juga selalu ada minusnya ya. Waktu tunggu makanan terhidang lumayan lama, lebih dari 20 menit, sampai-sampai si M pun beberapa kali meringis kelamaan nunggu, apalagi perutnya udah laper sejak sore. Dalam hati, saya memaklumi kekurangan ini, karena demikianlah ciri khas kafe yang membedakannya dengan restoran cepat saji atau warung soto atau warung mie ayam bangka. Menu yang beragam dari kafe merupakan tantangan bagi koki kafe yang harus meracik menu secara cepat dan tepat sesuai foto buku menu, susah broh, gak bisa cepet kayak bikin mie ayam atau soto kudus.
Tapi, alangkah baiknya Kafe Micasa segera mengakali nila setitik ini, misal dengan menambah koki, lantaran mayoritas penduduk Cibinong adalah karyawan pabrik, saban harinya stres sama target produksi, sehingga di luar pekerjaan, mereka gak mau nunggu lama, apalagi sekadar nunggu makanan, sering saya melihat orang suka marah-marahin pelayan di foodcourt Belanova dan Cibinong City Mall, kasian banget.
Begitu pelayan dateng membawa pesanan kami, saya puas menatap penampilan makanan yang eye catchy, dan foto-foto di buku menu tadi gak bohong, malahan melebihi ekspektasi saya. Cara penyajiannya instagrammable banget! Maka dari itu, sebelum makan saya foto-foto dulu deh makanannya.
Biasanya, makanan yang tampak visualnya bagus, urusan rasa malah sebaliknya. Tapi, di Kafe Micasa ini, makanannya enak-enak! Seriusan! Kami memesan tiga menu. Nasi goreng yang digulung dengan telur dadar, mie goreng, dan pancake oreo. Untuk minumannya, kami memilih es teh manis dan es jeruk.
Rasa es teh manisnya rumahan banget! Gak kayak teh botol sosro. Menurut dugaan saya, gulanya asli, bukan gula biang, dan teh celupnya merek Tong Tji, hahaha. Kalo es jeruknya, gak tahu deh, saya lupa buat nyicip dari sedotan si M. Tapi dilihat kasat mata, kayaknya pake gula dan jeruk peras asli, bukan seduhan nutrisari tapi harganya kemahalan kayak di beberapa kafe yang pernah kami kunjungi.
Terus, saya nyicipin nasi goreng gulung si M. Rasanya enak banget. Walaupun kafe ini mendaulat dirinya sebagai nasi goreng ndeso pada buku menunya, menurut saya urusan rasa maupun visual gak kalah dengan nasi goreng di hotel-hotel. Yang pasti, enakan nasi goreng ini daripada nasi goreng Waroeng Taman yang udah mah dikit, rasanya biasa aja, harganya kemahalan pula. Oh ya, porsinya juga banyak, tapi ajaib, dalam hitungan menit si M berhasil melumat habis nasi goreng pesanannya. Entah doyan apa laper.
Menghadapi pesanan sendiri, saya dibuat terkesan oleh mie goreng yang tersaji dalam wajan mini. Menggugah nafsu. Mie gorengnya punya tekstur kering, gak berlumuran minyak. Dilengkapi bakso, sosis, dan telur yang berbaur merata dalam mienya, berpadu dengan bumbu khas mie goreng jawa. Penampilan oke, rasa mantap, dan porsinya yang banyak, berhasil memuaskan hasrat perut dan lidah saya.
Jangan tanya rasa pancake oreo. Errr.. legit! Meskipun ide menu ini sederhana, semisal dilengkapi sebatang wafer stick dan oreo, kemudian sausnya sekadar susu cokelat, tapi entah kenapa kok bisa sih pancakenya enak banget. Beneran.
Pelayan yang saya duga merangkap pemilik Kafe Micasa melayani kami dengan ramah, beberapa kali melontar maaf karena terlalu lama menyajikan pesanan kami. Uniknya, usai melihat kami—termasuk pengunjung lain—selesai makan, ia minta izin memotret kami untuk diunggah ke instagram @kafemicasa. Strategi marketing yang fresh dan membuat pengunjung kafe merasa dihargai, patut dicontoh kafe-kafe lain termasuk pelayan kafe di Bogor Kota yang kebanyakan pada jutek.
Harganya pun worthed banget buat mahasiswa tua semacam saya. Lima item yang kami pesan : nasi goreng gulung+ mie goreng + pancake oreo + es jeruk + es teh manis = 59 ribu saja. Waw... pantesan kafe ini rame sama para abege Cibinong dan sekitarnya, termasuk saya yang masih (merasa) abege hahaha.
Kesimpulannya, meskipun kami memesan menu yang sebenarnya mainstream semacam nasi goreng dan mie goreng, namun kami terkesan sebab kafe tersebut menggarap sajiannya dengan oke, baik interior kafe, rasa, maupun penampilan. Termasuk pancake oreo yang terhidang apik. Selain menu yang kami pesan, masih banyak menu menarik yang harus kami coba lain waktu semacam burger, hotdog, ramen, sandwich, aneka pancake dan waffle, yang dari foto di menunya juga menggugah syahwat, hingga makanan Indonesia banget semacam sop iga dan soto ayam.
Sepulang dari Kafe Micasa, saya masih belum percaya ternyata ada kafe yang seru buat seru-seruan di Cibinong. Jangan cepet bangkrut ya Kafe Micasa, maju terus! Saya yakin pengunjung dari Bogor Kota pun tertarik buat icip-icip di sini. Dan semoga semakin banyak kafe berkonsep macam ini di daerah Bogor Coret tercinta, jangan cuma Capuccino Cincau dan Ayam Kremes doang yang menjamur dong.[]
PS. Ini bukan artikel bayaran, sekadar ungkapan kepuasan saya pribadi terhadap Kafe Micasa. Kalo memang isinya bombastis, harap maklum broh. Saya udah lebay sejak dini. Perutnya apalagi.
Skor Kafe Micasa - Cibinong :
Rasa : 8,5
Tempat : 8
Pelayanan : 8
Harga : 9
Instagramable : 9
kalau naik 32 trurunnya dimana nih kak
BalasHapuskalo naik 32, turun di pertigaan yang mau ke karadenan-sukahati. nah, dari situ sambung naik angkot yang ke arah depok, kak. nomornya gak tahu, tapi naik angkot yang mana aja, karena cuma satu angkot doang kayaknya yang lewat situ. gak jauh lah dari pertigaan itu mah, pasti lewat kafe micasa.
Hapusuntuk Tujuan kafe micasa jika naik Angkot Bisa Naik Angkot no. 71 ..... turun setelah masjid Alfalah .. atau bisa bilang langsung ke supirnya ka,karena sudah lumayan banyak yang tahu..thank you.
Hapuswah, kayaknya ada bos micasa nih :D
Hapusmakasih udah mampir yah
Nasi goreng.....
BalasHapushahaha inget pas di braga: ke restoran masa mesennya nasi goreng :))) padahal makanan paling praktis dipesan ya itu, udah pasti enak sih gak kayak sup asparagus hahaha
Hapuswah bisa jd tempat review selanjutnya ni
BalasHapusboleh kakaak :D
HapusRecommended bgt nh kyanya..tar sore mampir ah
BalasHapusikutan dong kakak :D
Hapusmantaaap. berguna banget buat yang males ke bogor kota atau ke depok.
BalasHapusalhamdulillah kalo memang berguna :D
Hapusaduuh jadi kepingin, liat makanannya aja udah greget, harga abg lagi hahaha
BalasHapusmari mampirin :D
HapusGw baru aja mampir tapi koq beda bgt sama ulasannya ya apa lidah gw yg salah? Kebanyakan waiter malah brisik. Bertiga makan gak ada yg habis. Mgkn kokinya ganti ato dari dulu gitu ya?
BalasHapusterakhir kali gue ke sana dua bulan lalu. emang sih, jadi agak beda sekarang. baik rasa, porsi, maupun tampilan menu. sepenglihatan gue, pemiliknya yang dulu biasanya ada di situ sekaligus mengawasi kru-krunya. pas kemaren gak ada. padahal gue liat, karyawannya tambah banyak, dan tampak baru-baru. yang lama masih ada, tapi mungkin gak seberpengalaman dan gak punya kewenangan lebih buat mengawasi seperti pemiliknya. yah, gue rasa hal ini ada hubungannya sama keluhan lo.
Hapustengkyu udah mampir.
Iya nih semoga ditingkatkan lagi pelayanan dan kualitas masakannya... mana jauh lagi ternyata dari rumah ha ha
Hapus23to35.blogspot.com
hahaha.. lagian mau-mau aja diajak jarambah :)))
Hapussaya pernah tinggal di cibinong 10 th yang lalu, mungkin sekarang sudah banyak berubah dan terjadi perkembangan pesat.kangen juga suasana di sana.
BalasHapussangat pesat, pak. dibanding 2009 saja sudah jauh lebih berkembang. entahlah sekarang, sebab saya juga sudah empat bulan belum pulang ke cibinong lagi. suasana yang bener-bener "biasa"-nya itu yang justru ngangenin.
HapusMonggo dicoba mampir di Saung Bambu Riung, lokasi tidak jauh dari pemda bisa disearch via gomaps. Menu ayam bakar madu, ikan bakar bisa mancing harga lagi promo
BalasHapussiap. thanks infonya, pak.
Hapus