Kalau saya ditanya balik, saya akan menjawab: tidak ada. Sama seperti tahun sebelum-sebelumnya, saya enggan menyusun sederet resolusi yang bagi saya seterusnya hanya akan menjadi sekadar resolusi, kemudian terkikis waktu hingga tak kunjung beraksi. Alih-alih resolusi, biasanya saya hanya mencamkan satu kata kunci—yang cenderung gampang diingat ketimbang puluhan kalimat resolusi—dan tahun lalu kata kunci tersebut adalah keluarga.
Selain kuliah yang terus menerus mendatangkan badai, alhamdulillah, 2014 adalah tahun keluarga, kami sekeluarga (bravo lima) lebih sering berkumpul, piknik, makan-makan, harapan saya setahun lalu itu terwujud. Maret 2014, saya mulai menghuni rumah orangtua di Bogor. Setiap awal bulan saya mengantar orangtua ke Bandung, kemudian satu atau dua minggu kemudian saya menjemput mereka kembali ke Bogor, dan jika saya tidak sempat (karena aduhai… banyak sekali tugas kelompok), kakak sayalah yang mengantar-jemput mereka.
Dikerubuti cucu |
Meskipun lelah, saya bahagia melihat orangtua saya bahagia. Sebab sudah pasti pengorbanan keduanya merawat saya dari bayi hingga seperti sekarang, jauuuhh lebih maha melelahkan, tapi mereka tak pernah mengeluh dan memasang tampang masam sebagaimana saya.
Berkat sering tinggal sendiri di rumah, saya memperoleh bonus menakjubkan. Tahun 2014, berat badan saya berkepala 8 saja, setelah sekian bertahun-tahun mandeg berkepala 9 bahkan 10! Celana-celana longgar, sekarang pake kemeja pun lebih pede bok! Ada hikmahnya juga ya tinggal di rumah sendiri hahaha… semoga bertahan lama di 8 ya, sudah nyaman segini. Aamiin!
![]() |
Sekarang, tubuhku tak seberat kaosku |
Pertengahan tahun ini Insha Allah urusan perkuliahan kelar. Kok yakin banget? Bukankah selesai-tidaknya kuliah tergantung keuletan mahasiswa, bukan kurikulum? Jawabannya, karena kuliah saya bersifat kedinasan yang harus dikebut dan selesai tepat waktu—makanya selama empat tahun ini kepala kami bagai dikompres tanpa ampun, saya khawatir suatu masa akan pecah seperti semangka yang dipukul oleh orang dengan mata tertutup. Dengan demikian kecil kemungkinan bagi kami buat menambah semester seperti kampus-kampus lain, lantaran biaya yang dikeluarkan perusahaan pun tentu saja bakal lebih gede, rugilah mereka.
Oh ya! 2014 juga adalah tahun di mana saya berhenti menunggu seseorang hampir dua tahun, sebab suatu hari di bulan April rupanya dia kembali dengan jawaban. Terima kasih, M, sudah berkenan menjawab. Alhasil saya urung menggunakan formula Tromp-Curve dan simulasi CFD ANSYS untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan paling complicated selama saya hidup. Meskipun selanjutnya lantas sampai kapan pun persoalan tak pernah absen menghampiri, namun bukankah lebih mudah jika jawaban itu dicari bareng-bareng oleh dua kepala, dua tenaga, dua hati?
Horeee, sosok si M muncul juga di blog :)) |
Merampok tagline kabinet baru, kata kunci saya untuk 2015 adalah: kerja. Untuk melakukan pekerjaan, kita butuh metode jitu supaya kerja kita tidak terlalu keras dan segenap tenaga, daya upaya malah tersia-sia. Dan saya memilih metode sederhana orang pacaran: kita jalanin dulu aja ya. Nikmati prosesnya, hitam-putih-pahit-manisnya. Kalo udah jodoh, gak bakal ke mana. Karier juga, mudah-mudahan.[]
![]() |
Kerja, kerja, kerja, dan berdoa |
Tags:
gue banget
ahahaha selamat tahun baru juga, bro. Jalani aja dulu ya ;D
BalasHapus#pret
HapusAsek asek asek. Kita samaan. huahuahuah.. Kemarin aku sempet naik sekilo, eh berat aja rasanya. Turunin lagi ah hahaha..
BalasHapusBeuuh 2015 ini bakalan berat loh. Kemarin sempet ngobrol sama orang pinter, kalau 2015 ini akan ada gonjang ganjing.
Yg penting tetep kerja aja deh.. SEMANGAT!
wah, ciyusan, mas?
Hapusmasuk akal (setidaknya buat saya). akhir januari, menginjak februari, waktu tidur saya mulai mahal nih. ceritanya sibuk :(