Belanja Cepet tanpa Ribet

Masih percaya kesempurnaan?

Saya sudah tidak terlalu memercayainya, memutuskan untuk pisah ranjang dengannya.

Barusan, niat pengin belanja dengan cepet tanpa ribet, saya pilih ke minimarket. Ambil keranjang merah, pilih-pilih item sesuai list belanjaan bulan ini. Baju basah sama keringet, AC nya gak dingin. Tapi lega begitu sampai di kasir yang kosong sebab sepi masih pagi. Ternyata itu perasaan lega yang menipu. Jaringan mesin hitung di kasir sedang ada gangguan, alhasil saya mesti berdiri sepuluh (atau 15 menit sepertinya). Antrean di belakang saya sudah tak sabar bahkan beberapa ada yang urung berbelanja. 

Sore kemarin bingkai kacamata patah. Jarang saya pakai karena merasa tak ada bedanya dengan bertelanjang mata. Begitu diperiksa mata lagi, minus saya divonis nambah sedikit. Saya bikin lagi, namun beberapa jam kemudian pesanan dan perasaan saya saat diperiksa mata keliru. Lensa sebelah kanan minusnya kegedean. Saya kembali ke optik yang terletak lima menit dari rumah itu dan komplain untuk ganti lagi lensanya: kanan 0,5, kiri 0,5. Sebelumnya, kanan 1,25, kiri 0,5. Tadi pagi saya ambil. Untung gak usah nambah ongkos perbaikan. Kalaupun petugas optik bilang mesti nambah lagi, pasti saya komplain balik memperjuangkan keogahan nambah ongkos. Hehehe, pelit ya.

Ada lagi?

Hidup penuh dengan komplain. Sarat tuntutan. Harus ini. Harus itu. Begini, begitu. Sampai kita pusing mesti menuntut apa lagi supaya hidup kita sempurna.

Padahal, saya tahu. Kita di sini untuk dikasih ketidaksempurnaan. Sebab kesempurnaan yang hakiki hanya ada di sana. Di alam yang masih jadi misteri, jalan menuju ke sana adalah labirin terumit untuk dipikirkan, cukup dijalani saja supaya tidak stres dan keriput bisa ditunda sampai berpulang.

Mulai sekarang, saya resmi berteman dengan ketidaksempurnaan. Dia itu baik, baik banget, cuma suka iseng doang kadang-kadang. Hobinya ngetes apakah saya sudah sempurna? Jika saya sudah merasa sempurna, maka dia malah makin seneng ngisengin saya, sampai saya disadarkan kembali bahwa tak ada manusia sempurna. Jika ada, mungkin manusia itu terlalu sombong sebagai manusia.[]

3 Komentar

  1. temen baik kita semua kayaknya ya cep ketidaksempurnaan itu..

    BalasHapus
  2. temen baik kita semua kayaknya ya cep ketidaksempurnaan itu..

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama