Tips Memperpanjang STNK Motor di Samsat


Gimana sih cara memperpanjang STNK motor satu tahun di Samsat Cimahi-Cimareme? KTP pemilik. STNK. Adapun BPKB, tidak usah dibawa, kecuali jika anda hendak “gosok” pelat nomor saban lima tahun. Bila cuma perpanjang, sudah, dua itu saja amunisi yang mesti kita persiapkan dari rumah. 

Kalau kita sudah tiba di gedung Samsat, langsung saja melipir ke Kang fotokopi yang ada di belakang gedung. Di situ Kang fotokopinya udah profesional, nggak bakalan keliru menyebalkan seperti Mbak fotokopi di Citeureup yang sempat bikin saya senewen semalaman waktu itu. Sebagaimana seorang profesional bidang lain, tarif Kang fotokopi ini lumayan mahal, sih: tiga ribu rupiah, sudah termasuk dengan sehelai map. 
*** 
Enam tahun. Lumayan tua juga usia Revo 100cc saya. Dengan demikian, lima kali sudah saya berpengalaman memperpanjang STNK nya. Pertama kali, saya ditemani bapak. Perpanjangan kedua, ditemani paman. Ketiga juga. Keempat juga. Entahlah, saya tidak pernah percaya diri kala pergi seorang diri untuk bersinggungan dengan urusan administrasi negara. Trauma. 

2014 tepat dengan perpanjangan yang kelima. Baru pagi tadi saya sedikit nekat memercayakan diri ini buat mengurus perpanjangan STNK sendiri, karena hari Jumat sekarang adalah hari (kerja) terakhir saya berada di sini, Senin pagi mesti cabut lagi ke Bogor. Tidak takut dirayu calo? Idih. Kebetulan penampilan saya takkan mudah menarik hati calo (bila ada): rambut cepak, muka sangar, mata nyalang. Bukan, saya bukan debt collector. Cuma mirip, perutnya. 

Oleh karena waktu liburan yang makin menipis, sekalipun jatuh tempo STNK nya masih belasan hari lagi, yaitu pada 16 Januari, saya kira lebih cepat itu lebih baik. Iya, kan? Iya aja deh. Tapi, jangan cepat-cepat nikah, ya. Saya dulu! 
*** 
Prosedur Perpanjangan STNK Roda Dua

Saya memutuskan untuk menuliskan tata cara ini di blog guna merekam ingatan. Kerap saya lupa manakala setiap tahunnya hendak memperpanjang STNK. Percayalah, penyakit menahun yang menghantui saya adalah mudah melupakan hal-hal penting. Dan terutama, pada pengalaman kelima tadi pagi, ada urutan prosedur yang (sedikit) berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun berkat itu imbas penyakit lupa saya tak begitu berpengaruh. Nanti saya ceritakan sedikit perbedaan itu. 

Sehabis memfotokopi dua amunisi di atas dan telah terlampir di dalam map, sebaiknya kita berjalan dengan langkah biasa aja kala memasuki gedung Samsat. Jangan tergesa-gesa, nanti dianggap KPK. Jangan terlalu santai, nanti ditengarai sebagai PNS yang mangkir. Dan setiba di ambang pintu, tidak usah mengetuk pintu kemudian melepas sandal. Dengan pede, saya menuju loket paling kiri. Saya baca tulisan di atasnya. Loket 1: Khusus Manula dan Ibu Hamil. Saya tertegun. Astaga, mungkinkah saya positif hamil seperti dakwaan teman-teman saya?!! 

Nah, tahun-tahun yang lalu, biasanya saya langsung menghampiri Loket Pendaftaran yang dulu terletak paling kiri itu, kemudian menyerahkan map berisi STNK asli, KTP asli, beserta fotokopinya ke situ. Tapi ternyata. Saya melongo. Melihat saya kebingungan, syukurlah, seorang bapak, dengan tutur ramah, memberitahu saya untuk lebih dulu menyerahkan map itu ke Loket Pajak Progresif yang terletak di sebelah kanan gerbang depan. Barulah saya lega. Saya tidak hamil.

Saya memberikan map ke loket itu, lantas petugas memasukkan data dari STNK dan KTP. Tak lama berselang, ia mengangsurkannya lagi, kini sudah disertai semacam struk. Entahlah, saya tidak berhasrat untuk membaca struk itu. Intinya, petugas itu menyuruh saya untuk menyerahkan map dan struk itu ke Loket 2: Pendaftaran, untuk mengambil formulir. Setelah saya isi lengkap dan teliti (sekarang formulirnya berukuran kecil, formnya tidak terlalu banyak dan ribet seperti dulu), kemudian saya menyerahkan map yang kini sudah dilengkapi formulir ke Loket 3: Pengesahan Ulang 1 tahun R2. 

Walaupun berdiri berdesak-desakan oleh karena kursi tunggu seluruhnya diisi, namun proses di situ berlangsung tertib. Selang 10 menit, saya sudah dipanggil oleh petugas di Loket 3. Ia memberi saya nomor antrean 1-158 dan menyuruh saya guna menunggu panggilan dari Loket 4: Pembayaran. Adapun nomor antrean terakhir yang dipanggil, baru nomor 100an.


Lumayan lama, tapi tidak sampai empat puluh menit, nomor antrean saya dilafalkan pemanggil elektronik layaknya di bank, karena memang Loket 4 pun dipetugasi oleh pihak bank. Petugas perempuan pun menyebutkan nominal pembayaran pajak. Rp. 196.000 untuk Revo 100 cc. Wah, naik 20 ribu, euy. Kemudian petugas itu menyodorkan lagi nomor antrean tadi. Oh, nomor antreannya agak beda; sudah dinilai petugas. Dapat nilai sepuluh (emangnya anak SD).

Lunas! Saya tinggal menunggu penyerahan STNK baru oleh Loket 5: Penyerahan STNK. Tak sampai lima menit, nomor antrean dan nama bapak saya dipanggil. Alhamdulillah, tuntas.
Kang calo Samsat, mending anda banting setir jadi calo jodoh. Pahalanya melimpah!

6 Komentar

  1. jadi penasaran ama penampilan seluruh badan dirimu Cep karena dibilang mirip debt collector *perutnya*
    Trims infonya bos. bakalan berguna sekali! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha sekarang udah terlihat langsing kok, kakaaak. kalo berdampingan sama debt collector tapi #masihaja

      Hapus
  2. jd inget pas pulkan kemarin hampir tiap pagi gowes melewati samsat terus aku bro, tapi soal ngurus memperpanjang STNK sdh lama nggak ngeh lagi nih aku :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sampe samsat cimahi sini, mbak? hahaha. ah, masak sih, pasti mbak el punya mobil di jerman :D

      Hapus
  3. Aku tuh ya, paling cuma aku, yg selama ini belum pernah ngurus SIM, STNK motor, dll. Maklum diriku khan bersepeda terus tiap hari. Sama naik angkutan umum.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tempik riuh buat orang-orang semacam kakak ndop ini. salut! :o

      Hapus
Lebih baru Lebih lama