Hari Raya


Hari raya sejatinya milik Tuhan, yang dirayakan oleh manusia dengan beragam cara. Sesuai dengan kesungguhan niat dan kemampuan. Hari ini, tibalah hari raya umat muslim yang kedua terbesar, setelah Idul Adha, akan tetapi di Indonesia merupakan hari raya yang dirayakan paling meriah: Idul Fitri.

Kumandang azan magrib satu Syawal menandakan berakhirnya bulan suci. Gerbang hari kemenangan terkuak lebar-lebar. Suka cita terlihat dari berbagai penjuru. Di sentra penjualan ponsel, anak kecil yang tamat puasa sebulan penuh, dibelikan ayahnya tablet. Sepulangnya, dia disuruh berjanji supaya berpuasa lagi pada ramadan tahun depan. Sedikit merengut, namun tak ayal jawaban iya pun terlontar dari mulut mungil sang anak. Walaupun dengan tambahan kata deh.

Resto megah, isinya anak-anak muda yang berkecukupan, merayakannya dengan berkumpul bersama kawan lama. Bercengkerama dengan seabreg bincangan. Tidaklah perlu anda ketahui, karena anda juga punya kawan, bukan? Ya, seperti itulah mereka berbincang. Layaknya anda bertemu kawan, usai bertahun-tahun lamanya tidak bertemu. Menyaksikan kondisi masing-masing mereka yang amat jauh berbeda dibanding masa-masa sekolah dulu. Perut tambun, pipi tembam, motor besar. Gelambiran lemak berlipat-lipat, seiring dengan isi kocek yang turut berlipat.

Semalam rasanya takkan cukup untuk menghabiskan waktu bersama kawan lama. Mereka silih mengenal sejak bukan apa-apa, hingga sekarang pun, yang ternyata masih bukan apa-apa. Tetap saja manusia. Namun, tetap pada kodratnya. Seorang manusia, yang mustahil hidup seorang diri. Tanpa peran serta manusia-manusia lain.

Magrib merangkak ke malam. Tabuhan beduk―benda apa pun yang bisa ditabuh―bertalu-talu. Lantunan takbir menggema di segenap penjuru, menggetarkan hati manusia yang masih punya nurani dan rasa malu terhadap Tuhannya. Berselang dengan itu, hadir pula teriakan petasan. Kembang api, yang biasa disulut pada tahun baru, berlesatan ke langit dengan saputan awan mendung.

Sementara jutaan rupiah uang milik manusia berkecukupan dibakar api berujud kembang ledakan, satu ruas jalan ramai sekali. Ribuan ragam manusia berseliweran. Atau bisa dibilang, berdesak-desakan. Polisi pun baru kali ini dicintai rakyatnya. Hingga tengah malam, dini hari menjelang, pengayom masyarakat itu setia mengawal lalu lintas. Entah, tanpa peran pak polisi, mungkin jalan raya bukan lagi tempat berlintasan kendaraan bermotor. Sudah berubah menjadi pedestrian kumuh seperti di India sana.

Semua umat bersukacita. Hari raya, bukan milik kamu, anda, atau tuan atau nyonya. Hari raya itu milik kusir delman. Milik penyandang stroke yang terlelap, menyimpan semangat untuk menunaikan salat ied di lapangan pagi esok. Sopir truk sampah, yang ketika melintas, semua orang menutupi hidungnya dan tak bosan-bosannya mengatakan “bau” berulang-ulang. Pedagang baju obralan; penyedia sandang orang marjinal. Polisi lalu lintas dan Saka Bhayangkara pengawal arus mudik. Milik kita semua.

Idul Fitri 1434 H. Ternyata semesta telah ribuan tahun menjura pada manusia. Manusia bahkan lupa untuk sekadar menyapa Yang Maha Menciptakan. Manusia sering malu untuk menyadari, Tuhan cuma tertawa melihat kebodohan salah satu makhluk dari tak terhingga makhluk ciptaan-Nya. Manusia, disentil beberapa jenak saja sudah mengaduh ampun-ampunan, penuh penyesalan. Lebih baik lupakan sejenak pekerjaan anda. Lupakan sejenak acara diskusi politik ngalor-ngidul, tuan. Lupakan sejenak praktik kongkalikong anda, tuan. Lupakan sejenak jual beli riba. Lupakan sejenak gemerlap dunia yang terlampau fana untuk disembah. Sebetulnya Tuhan hanya butuh sejenak.

Bagaimanapun, tak satu pun pakaian yang suci dari noda. Setitik noda pun. Persoalannya, akankah kita diberi kesempatan membilas setiap saat? Akankah kita terus-menerus memperoleh deterjen pembersih noda yang ampuh? Sebelum terlambat, kiriman maaf kepada orang terkasih maupun orang terzalimi wajib disegerakan. Tangan-tangan berjabatan, bahu-bahu berangkulan. Pintu kalbu terkuak. Kemudian angin menyelusupi celahnya. Angin itu bernama: persaudaraan.

Selamat Hari Raya Idul Fitri, saudaraku..

10 Komentar

  1. sama2 bro.
    maafin lahir batin juga ya.
    yang bersih sebersih-bersihnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama sama cho. Semoga kita ketemu lagi ramadan tahun depan :)

      Hapus
  2. Kena bgt, nice post as always. Haha
    Met lebaran!

    BalasHapus
  3. Selamat berbahagia dg keluarga tercinta ya. Stock maafnya ambil paket unlimited yaaa.. Haha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, mas. Ditunggu oleh-oleh lebarannya ya :p

      Hapus
  4. Yeeeey..
    met lebaran kk..
    met berhujan2 ria ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Met lebaran juga, hawa. Di sini kemarau kok :p

      Hapus
  5. selamat hari rayaaaa
    betul betul betul *upin-ipin's style*

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama