Tidak Tahu Apa-apa

Baiklah, malam ini, saya terpaksa nyampah curhatan lagi di sini. Ngomong-ngomong tentang kebiasaan atau tingkah polah, saya termasuk orang yang akan menjawab tidak tahu bila ditanya perihal sesuatu yang tidak saya ketahui. Bukan apa-apa. Daripada saya menyesatkan orang yang bertanya, lebih baik saya terlihat polos, atau bahkan terkesan tolol di hadapan mereka.

Mungkin ini terlihat seperti cari aman. Atau, terdengar klise. Atau, bahkan saya seperti pecundang. Tapi, itulah prinsip. Kita memiliki hak untuk berprinsip. Ya, dirimu, kamu, dan anda juga. Walaupun memang, seusai ditanya ihwal yang tidak saya ketahui, saya sesegera mungkin akan mencari tahu hal-hal yang ditanyakan tersebut dengan berbagai cara, sampai pada hal paling remeh sekalipun.

Ya, sampai hal paling remeh. Dulu, saya pernah dikatai sebagai orang yang kerap menyoalkan hal remeh temeh alias tidak penting itu. Reaksi saya? Tidak pernah saya timpali, tidak pernah saya sanggah. Nyengir saja. Lantaran, memang betul, kadang-kadang atau malah sering kali sesuatu yang teramat penting yang terabaikan oleh saya.

Misalnya, saat melihat sebuah kedai bakmi baru di sudut jalan raya. Kebanyakan orang mungkin akan menanyakan apakah rasanya enak atau biasa saja, murah atau mahal, bersih atau jorok, pelayanannya ramah atau judes.

Dalam keadaan waras, saya tidak akan bertanya semua hal di atas. Bila memang penasaran, saya akan mengunjungi kedai itu secara langsung. Lantas, biasanya mata saya jelalatan melirik interior kedai, menelisik meja makannya, mangkok, sendok & garpu, hingga memandangi penampilan dan mimik muka para pelayan kedai dalam melayani setiap pelanggannya.

Dan, saya pun lebih suka bercakap-cakap dengan pedagang atau pelayannya tentang masalah cuaca, bola, politik, hingga bertanya asal-usul daerahnya, ketimbang menanyakan kepada mereka mengapa bakmi ini begitu menggoyang lidah saking lezatnya, apa visi misi kedai mereka sehingga memutuskan untuk membuka cabangnya di sudut jalan raya ini, atau apa saja rahasia sukses manajemen kedai sehingga bisa membuka cabang di berbagai kota.

Lantaran, urusan lidah dan perut mah, kembali ke selera masing-masing.

Sekian curhatan malam ini. Selamat menyongsong UAS, kawan!

10 Komentar

  1. Membaca postingan ini kok jadi ingat diriku sendiri ya ? :P

    apa kabar Cepy ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. walah, ini buat saya sendiri, kok :ngakak
      alhamdulillah, sehat, mbak el. kabarmu?

      Hapus
  2. hidup udah sulit tidak perlu dibuat sulit, setuju sama artikel ini, pedagang pasti bosen kalo ditanya hal yang formal :D

    BalasHapus
  3. saya tidak tau kenapa saya harus komen disini, ummm kenapa ya? :salahkamar

    ya iya juga sih cepy kl ga tau malah di-tau-tau-in ntr malah menyesatkan lagi ya :capedeh

    BalasHapus
    Balasan
    1. walah, masa salah kamar sih :bingung
      ya, mending tau diri dah :D

      Hapus
  4. kalo liat kedai bakmi, liat dompet dulu. cukup ato engga. haha

    BalasHapus
  5. mengatakan tidka tahu untuk suatu hal yang tidak diketahui memang wajar. saya pun akan demikian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sip. dan hal itu mendorong seseorang untuk mencari yang tidak tahu itu :)

      Hapus
Lebih baru Lebih lama