Sedari tadi, baca serentetan kritik beberapa novel di goodreads. Ternyata, kritik positif dan negatif itu berdampingan :)
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Ada kritikus goodreads yang kelihatannya memang berlatarbelakang ilmu sastra, menanggapi sinis beberapa novel bestseller.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Sebaliknya, kritikus goodreads yang (hanya dugaan) pemula, amat tergila-gila terhadap novel best seller itu.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Memang, seperti lagu, ada lagu pop, rock, swing, jazz, elektro, bahkan dangdut. Kuduga, dunia tulis-menulis pun seperti itu.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Buku-buku best seller, yg mayoritas nge-pop, seperti halnya musik pop, amat berkesan bagi para pembaca yg baru mulai tergugah membaca fiksi.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Bagaimana dengan musik jazz, swing, atau instrumental? Saya yakin, hanya orang-orang yg betul-betul paham tentang musik yg mengapresiasinya.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Saya percaya, buku-buku best seller yg cenderung nge-pop merupakan pintu gerbang bagi masyarakat untuk mencintai buku.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Begitu masuk pintu gerbang, pembaca pemula itu mulai menyadari, banyak sekali buku-buku yg kurang populer, namun isinya sangat dahsyat.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Mulailah, pembaca pemula itu mencari, lantas membaca cerpen Putu Wijaya, Seno Gumira Ajidarma, Hamsad Rangkuti, Ernest Hemingway via online.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Selepas itu, berusaha membaca novel Paulo Coelho, Alexandre Dumas, hingga Gabriel Marquez.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Ya, baik musik atau buku, karya karya pop senantiasa dibutuhkan. Untuk menggugah pemula masuk pintu gerbang, baru menyaksikan luasnya dunia.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Jika hanya karya idealis saja yang beredar di pasaran, saya tak yakin masyarakat dunia, terlebih yang awam, akan mengapresiasi seni.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Ada satu saran untuk para penggiat karya pop (musik or buku). Buatlah kualitas karya pop anda sebagus mungkin. Pop tak berarti asal-asalan.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Kemudian, lanjutkan perjuanganmu seniman-seniman idealis. Tanpamu, mustahil seni bakal terus berkembang.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Dan, saya salut kepada kritikus-kritikus goodreads, yg telah menyempatkan waktu dan tenaga untuk mengapresiasi karya orang lain. *menjura*
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Namun, tentu, ada baiknya mengkritik disertai dg menciptakan. Supaya merasakan bagaimana peliknya merintis sebuah karya. Tak sekadar NATO.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Mari (sedikit-sedikit) mulai berkarya. Mungkin saja terlahir kembali Pram, Ahmad Tohari, Dee, atau Marquez baru, yang lebih mengerikan.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
Lantas, siapa pembaca pemula yang disinggung pada awal cuitan ini? Perkenalkan, saya sendiri.
— Cepy (@cepyhr) April 21, 2013
masih bagus jadi pembaca pemula, daripada tidak suka baca sama sekali :cool
BalasHapushehehe, bisa aja :malu
Hapus