Dari daerah manakah anda berasal? Masih dekat dengan tempat berdomisili saat ini, ataukah sebaliknya?
Saya sendiri berasal dari Padalarang, sebuah kecamatan yang terletak di Bandung bagian barat. Sejak beberapa tahun lalu, kampung halaman saya ini telah memisahkan diri dari Kabupaten Bandung, dan melebur menjadi Kabupaten Bandung Barat.
Seberapa jauh jarak Padalarang dari pusat kota?
Kalau tidak salah, sekitar 18 kilometer, barulah saya bisa memijakkan kaki di kota Bandung. Hmm, jika dikonversikan dengan waktu perjalanan, mungkin sekitar 45 menit. Itu pun kalau lalu lintas lancar seperti belasan tahun lalu. Sekarang, jika saya ada sesuatu kepentingan yang mengharuskan berangkat ke kota Bandung, butuh waktu sekitar satu jam setengah dengan menumpangi bus kota. Kalau apes, bisa lebih dari dua jam. Apalagi kala akhir pekan.
Macet!
Banyak sekali perubahan yang terjadi di tempat kelahiranku ini. Setidaknya sejak benak saya mulai bisa menikmati secara sadar suasana kota pada tahun 1995. Kala itu, belum banyak bangunan-bangunan yang berdiri di sana. Namun, sekarang makin menjamur ruko-ruko, supermarket semacam Ramayana ataupun mini market dan grosir modern lain.
Hal tersebut menimbulkan efek positif dan negatif. Positifnya, warga Padalarang tak usah jauh-jauh berangkat ke kota (Bandung) untuk berbelanja sandang dan pangan, karena telah banyak toko dan supermarket yang menyediakan kebutuhan mereka itu. Namun, efek negatifnya ini yang bikin sesak napas. Kemacetan semakin mengular sejak dari gerbang tol Padalarang hingga simpang Tagog, sekitar 5-8 kilometer. Hiperboliknya, kalau kita berjalan kaki pun macet!
Kurang lebih seperti inilah situasi Padalarang saat ini.
Simpang Tagog. Tak pernah lekang dari kemacetan. |
Ya, di simpang tiga inilah biangnya kemacetan. Sebenarnya, sedari dulu pun, sebelum tahun 2000, simpang Tagog ini telah akrab dengan kemacetan. Penyebabnya adalah terdapat pasar tradisional yang berada di belokan sebelah kanan simpang ini. Selain itu, masih terdapat delman dan ojek yang sering melawan arus satu arah, sehingga memperparah keadaan.
Logikanya, jika sedari dulu saja sudah macet, sekarang bagaimana dong? Hehehe, coba sendiri saja deh, sekali-sekali mampir ke sini, yuk!
Itu dia dua toko kelontong legendaris di Padalarang. Keduanya sama-sama berdarah Tionghoa, dan sama-sama menjual barang yang hampir sama. Namun, kedua toko tersebut tak pernah kehilangan pelanggan hingga kini. Masing-masing telah mempunyai pelanggan setia, di tengah menjamurnya mini market dan supermarket modern.
Uniknya, belum pernah kudengar kabar perselisihan yang terjadi pada kedua pemilik toko yang bertetangga itu. Salut!
Sebenarnya kendaraan inilah yang menyebabkan kemacetan kian parah. Delman dan ojek. Kedua kendaraan itu sering kali melawan arus satu arah. Padahal, sudah tahu macet. Sudah sempat beberapa kali ditertibkan oleh polisi linmas, namun mereka tetap membandel. Dasar, endonesa.
Padalarang Tempo Doeloe
Perlu anda ketahui, foto di atas merupakan foto yang saya temukan di web museum Tropen Belanda. Foto tersebut berlokasi di tempat kelahiranku sekitar tahun 1915 (kalau tak keliru). Tampak seorang Bapak sedang beristirahat di depan dua kerbau gembalaannya. Dan, memang, menurut Ayahku, dahulu daerah ini banyak sekali hewan bongsor berwarna kelabu ini. Bahkan, beberapa tempat diabadikan dalam sebuah nama yang menunjukkan bahwa dahulunya daerah itu adalah lokasi peristirahatan kerbau-kerbau.
Maka, hingga kini aku mengenal daerah bernama Pos Wetan, Pos Kidul, Pos Kulon, dan Tagog. Pos-pos ini maksudnya adalah pos peristirahatan sekawanan kerbau gembalaan. Dan, Tagog mempunyai makna Panagogan, yakni tempat dikandangkannya sang kerbau.
Unik sekali.
Nah, pada web museum Tropen itu juga saya menemukan foto yang menggambarkan pabrik kertas Padalarang peninggalan Belanda. Dulu namanya Papier Fabriek. Suasananya masih sangat natural. Petak-petak sawah mengelilingi pabrik, serta jalanan yang teramat lengang.
Seberkas Asa
Harapan saya terhadap tempat kelahiranku ini tak muluk-muluk. Saya hanya ingin agar pihak-pihak berwenang mempertahankan kekhasan daerah ini serta merawatnya baik-baik. Seperti pabrik kertas legendaris itu yang kini hanya merupakan perusahaan BUMN tingkat kacangan di mata pemerintah. Jangan sampai pabrik bersejarah ini tergusur oleh mal-mal yang mungkin di masa mendatang akan didirikan di sini.
Dan, semoga kemacetan segera ditanggulangi selekas mungkin. Pembangunan jalan layang (fly over) merupakan keniscayaan di Padalarang saat ini. Kabarnya sih sudah dilakukan perencanaan oleh pemerintah tata kota dan sedang ditelaah oleh pihak investor. Ya, semoga rencana tersebut berjalan dengan mulus, sehingga mobil-mobil dan motor yang kian berseliweran di sini takkan berjalan secara merangkak seperti sekarang.
Bagaimana dengan kondisi daerah anda saat ini? Adakah hal-hal yang menarik tentang daerah asal anda? Share yuk di kotak komentar!
Toko Kurnia dan Toko Karya. Dua toko kelontong legendaris yang terletak bersebelahan, namun masing-masing mempunyai pelanggan setia. |
Itu dia dua toko kelontong legendaris di Padalarang. Keduanya sama-sama berdarah Tionghoa, dan sama-sama menjual barang yang hampir sama. Namun, kedua toko tersebut tak pernah kehilangan pelanggan hingga kini. Masing-masing telah mempunyai pelanggan setia, di tengah menjamurnya mini market dan supermarket modern.
Uniknya, belum pernah kudengar kabar perselisihan yang terjadi pada kedua pemilik toko yang bertetangga itu. Salut!
Delman di tengah perseliweran mobil dan motor, menuju Pasar Padalarang. |
Sebenarnya kendaraan inilah yang menyebabkan kemacetan kian parah. Delman dan ojek. Kedua kendaraan itu sering kali melawan arus satu arah. Padahal, sudah tahu macet. Sudah sempat beberapa kali ditertibkan oleh polisi linmas, namun mereka tetap membandel. Dasar, endonesa.
Padalarang Tempo Doeloe
Perlu anda ketahui, foto di atas merupakan foto yang saya temukan di web museum Tropen Belanda. Foto tersebut berlokasi di tempat kelahiranku sekitar tahun 1915 (kalau tak keliru). Tampak seorang Bapak sedang beristirahat di depan dua kerbau gembalaannya. Dan, memang, menurut Ayahku, dahulu daerah ini banyak sekali hewan bongsor berwarna kelabu ini. Bahkan, beberapa tempat diabadikan dalam sebuah nama yang menunjukkan bahwa dahulunya daerah itu adalah lokasi peristirahatan kerbau-kerbau.
Maka, hingga kini aku mengenal daerah bernama Pos Wetan, Pos Kidul, Pos Kulon, dan Tagog. Pos-pos ini maksudnya adalah pos peristirahatan sekawanan kerbau gembalaan. Dan, Tagog mempunyai makna Panagogan, yakni tempat dikandangkannya sang kerbau.
Unik sekali.
Foto udara yang memotret pabrik kertas Padalarang. |
Nah, pada web museum Tropen itu juga saya menemukan foto yang menggambarkan pabrik kertas Padalarang peninggalan Belanda. Dulu namanya Papier Fabriek. Suasananya masih sangat natural. Petak-petak sawah mengelilingi pabrik, serta jalanan yang teramat lengang.
Dan, saya bangga mempunyai kakek (almarhum) yang dahulu bekerja berpuluh-puluh tahun hingga beliau pensiun di pabrik kertas itu. Menurut beliau, kertas yang diproduksi di PN Kertas (Sekarang PT. Kertas Padalarang Persero) berasal dari sekam padi. Tidak seperti kertas-kertas sekarang yang berasal dari kayu mahal dan campuran pulp itu. Maka, lingkungan pabrik amat kumuh karena sekam-sekam yang menggunung. Ular-ular sawah hingga ular berbisa kabarnya sangat umum beliau temui di lingkungan pabrik.
Ironisnya, gaji para karyawan PN Kertas sangat mengkhawatirkan, tidak sesuai dengan pekerjaannya yang termasuk berat dan "nguli". Hmm, ternyata sedari dulu pun manajemen yang berdarah pribumi dan berstatus perusahaan milik negara tak pernah berniat untuk menyejahterahkan para karyawannya, ya...
Suasana dalam pabrik saat masih dikuasai oleh Belanda. |
Eh, ternyata saya sempat ditakdirkan merasakan betapa menderitanya bekerja di pabrik kertas seperti beliau. Ya, pabrik kertas di daerah lain yang lebih modern tentunya, bukan Papier Fabriek ini.
Terima kasih untuk web museum Tropen Belanda yang telah bersedia menjadi mesin waktu bagi saya...
Seberkas Asa
Harapan saya terhadap tempat kelahiranku ini tak muluk-muluk. Saya hanya ingin agar pihak-pihak berwenang mempertahankan kekhasan daerah ini serta merawatnya baik-baik. Seperti pabrik kertas legendaris itu yang kini hanya merupakan perusahaan BUMN tingkat kacangan di mata pemerintah. Jangan sampai pabrik bersejarah ini tergusur oleh mal-mal yang mungkin di masa mendatang akan didirikan di sini.
Dan, semoga kemacetan segera ditanggulangi selekas mungkin. Pembangunan jalan layang (fly over) merupakan keniscayaan di Padalarang saat ini. Kabarnya sih sudah dilakukan perencanaan oleh pemerintah tata kota dan sedang ditelaah oleh pihak investor. Ya, semoga rencana tersebut berjalan dengan mulus, sehingga mobil-mobil dan motor yang kian berseliweran di sini takkan berjalan secara merangkak seperti sekarang.
Bagaimana dengan kondisi daerah anda saat ini? Adakah hal-hal yang menarik tentang daerah asal anda? Share yuk di kotak komentar!
di mana mana hampir sama ya Cepy, kendaraan di manamana, terkahir pas aku pulang ke kampung sana juga pangling , lbh byk bangunan restoran toko drpd pepohonan :)
BalasHapusKamu tertarik nggak gabung dgn forum online Cafe Single di blogku ? cuma tanya saja :)
iya nih, mbak. emang kita yang harus nyesuain sama roda zaman apa ya... :berduka
Hapuswaahh, dengan senang hati. tapi, bakal ngerusak imej mbak ely nggak nih? wakakak :ngakak
by the way, ngirim tulisannya boleh kapan aja kan, mbak? nggak ada deadline, kan? :D
ngerusak imej apaan ? hihihi :) .. ntar selasa malam depan online ya bro jam 20.00 WIB, kalau kamu nggak keberatan ya
Hapusboleh dong, tapi yaitu yg antri byk jd kalau kamu kirim skrg munculnya kali akhir Maret atau malah bulan depan, jadi semakin lama ngirimnya semakin lama terbitnya bro :)
kubayangkan tulisanmu pasti keren bro ... apalagi kalau ada foto fotonya, khan bagus bagus ya hasil jepretanmu :)
hehee, kalo jam 20.00 masih kuliah mbak, palingan jam 21.30 lah bisa online :sorry
Hapusah, mbak el bisa aja nih :hammer
sip sip. aku seneng banget lho bisa ikut ikut berpartisipasi :mewek
nggak apa apa bro online jam 21.30 , msh berlangsung kok
Hapuskalau sdh jadi artikelnya kirim sj ya, thanks :)
oh, sip sip, insya allah akan kukirim :2thumbup
Hapusmakasih ya atas kesempatannya, mbak el :)
hehe, orang Padalarang toh aslinya, kirain dari Bogor..
BalasHapussemoga pemerintah dan masyarakat bisa tetap memelihara kekhasan yang dimiliki, :)
hmm jadi pengen nulis tentang Garut, tempat lahir beta, hihihi :)
hahaha, iya nih, bandung sonoan dikit :D
Hapusayoookkk, bikin juga, han :)
ane bantu sundul yah gan :iloveindonesia
BalasHapuskarena emotnya ganti jd cara komennya musti hehehe :malu
OOT banget ya ini komennya :hammer
ketauan deh nyobain emot doang :ngacir
jiaaahhh :ngakak
Hapusenakan ini apa yang parampaa ven? :D
lebih suka parampaa dongs, emot kaskus terlalu familiar buat ane gan..
Hapussemoga emotnya segera diganti & ane diajarin cara pasang emot macam begini di blog ehehehe :3
belom nemu tips yg cocok euy, gagal mulu :nohope
Hapuswuahaha, siap.. asal disediain internet aja buat googling tips dan trik blogpsot :D maklum, #OtodidakGeek
kreatif kaa .. memang betul sekarang sangat nampak kemacetan dan sedikit sekali pepohonan di daerah padalarang .. karena saya juga orang sono hisi :D
BalasHapusartikel yg sangat membangun :))
yaaah, sayang sekali kamu anonymous :bingung
Hapuspadalarangnya di mana? namanya siapa? :D
hehe, terima kasih sudah berkenan membaca ya kawan :)
ane juga orang padalarang gan, tinggal disitu juga. tapi jarang lewat Tagog, macet terus dari jaman ane SD
BalasHapuspaling parah pas dibuat pembatas itu, makin macet. tambah lagi supermarket kayak Norma, Ramayani, dll. ahhhh, males kalo udah macet teh
waahhh... owner urangblogger.com tuh orang padalarang toh? mantap!!!
Hapusiya nih, makanya ane males pulang, kecuali kalo ada kepentingan yang urgent :ngakak
punteun ah ngiring comment bray?
BalasHapushadeuh, asa waas ningali padalarang ayeuna,,,waas kumacetna sareung panas nya baraya...mkana asa males upami ka pdl teh ari teu penting2 teuing mah.
nya smoga enggal aya perobahan dina sgala bidang khususnya macet.
wassalam (baraya di Banten)
hadeuh, muhun pisan, kang. ayeuna 2015, malah beuki sumpek nya. janten haroream pami aya kaperyogian ka padalarang teh. pami teu penting-penting teuing mah mending henteu uih abdi teh :(
Hapuswaalaikum salam, kang. abdi baraya ti bogor :)
wadoh toko ane masuk di dalem sini nih gan hahahahahaha
BalasHapuswadoh, namanya toko apa nih gan? *kepo maksimal*
Hapuskang cepy dulur salembur, tulisan2 tentang padalarang nya sangat bikin saya baper.... kebetulan saya sedang di tugaskan membuat official websitenya desa kertamulya padalarang... kalo boleh saya ijin buat share tulisanya di content padalarang icon.. :D
BalasHapushatur nuhun parantos dongkap ka blog abdi, pak. dengan senang hati, silakan share, pak. apa sih yang gak boleh buat kampung halaman #ciyegitu hahaa
Hapushatur nuhun kang cepy,di antos ulasan ulasan berikutnya terkait kampung halaman kita.... heheh biar pemegang kebijakan di kabupaten ini tergugahh.... tong bobo wae... :p
HapusKertamulya » Berita
http://kertamulya.balewarga.com/content/s/news/114
meski gak tinggal lagi di padalarang dan pulang pun jarang, senang sekali akhirnya bisa bermanfaat untuk daerah kelahiran saya melalui tulisan. terima kasih, pak :)
HapusToko legend itu wkwk. Kue ama rotinya enak banget
BalasHapusbetul sekali. roti bercitarasa jadul yang empuk-empuk legit gimana gitu, apalagi kalau pake selai stroberi yang juga dibeli di toko itu.
Hapus