Penyidik Jujur

"Pur, gimana, semuanya beres?" seseorang bercengkerama di bawah keteduhan pohon  sawo bersama sahabatnya, berdua.

"Oalah, beres dong Pak Wirawan. Seluruh media sudah kita hubungi untuk meliput konferensi pers besok," Purnomo terkekeh.

"Hahaha kau memang ulet kalo soal beginian Pur. Habislah si penyidik jujur itu," Wirawan tergelak.

"Eh Pak, tapi saya masih ragu. Apakah masyarakat bakal mempercayai begitu saja kabar yang sebenarnya hoax ini? Menurut saya sih ini terlalu dibuat-buat, terlihat jelas kejanggalannya."

Wirawan terdiam sebentar. "Hmm, justru masyarakat kita ini tipe yang mudah percaya kabar yang janggal dan sensasional. Saya kira tidak masalah. Lagian siapa peduli masyarakat, kita kan hanya butuh simpati dari Pak Presiden saja."

Purnomo mengambil sebatang rokok yang ia selipkan di kupingnya. Sayang, ia tak punya korek. Purnomo hanya memilin-milin rokok itu. "Ya, betul itu. Tapi bagaimanapun kita butuh dukungan masyarakat juga Pak. Apalagi di zaman sekarang ini, hampir setiap trending topic twitter dijadikan headline news di TV. Zaman sekarang masyarakat kita sudah jauh lebih cerdas, semuanya melek teknologi serta haus informasi," Purnomo masih mencari koreknya yang sebenarnya memang ia tak punya.

Siang itu sebenarnya sangat terik, tapi Wirawan menarik ritsleting mantel wolnya hingga leher. "Heh, sudah kubilang jangan khawatirkan masyarakat. Selama kabar sensasional serta bukti palsunya terlihat meyakinkan serta bukti-bukti palsu itu sudah kita kemas dengan rapi, pede aja Pur. Kau tahu sendiri, rekan sejawat kita hampir semuanya pernah menangani kasus hoax, dan akhirnya sukses menyeret orang yang kita incar yang sebenarnya tidak bersalah sedikitpun ke jeruji besi," kali ini Wirawan berapi-api.

Purnomo menoleh, kemudian tersenyum. "Hmm, okelah kalo begitu Pak Wirawan, saya percaya sekarang. Apalagi ternyata ada yang bersedia jadi saksi penembakan pemilik sarang burung walet tersebut, seorang korban palsu. Makin mulus saja nih rencana kita, hehehe, " Purnomo tersenyum penuh kemenangan.

"Nah, gitu dong. Saya yakin si penyidik jujur itu akan segera menyesali perbuatannya yang seenaknya saja membunuh karier mantan teman-teman sejawatnya dulu. Rasakan kau penyidik jujur, hahaha," Wirawan tertawa sangat keras.

Tiba-tiba lelaki berjas putih berjalan mendekat ke arah mereka, kemudian menyapa, "Selamat siang bapak-bapak, hari ini sangat cerah ya? Hmm, ngomong-ngomong sudah puas mengasonya? Sekarang lebih baik kita kembali ke kamar kalian yuk, di luar terlalu terik untuk kalian," dokter jiwa itu kemudian membimbing Wirawan dan Purnomo masuk ke kamar mereka masing-masing.

2 Komentar

  1. untungnya mereka pasien RSJ ya :D

    BalasHapus
  2. @kang achoey : hehe, mungkin saja yang menggugat penyidik KPK itu salah satu pasien juga #ups :D

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama