Sebenarnya niat untuk camping sudah muncul sejak akhir semester satu silam. Fikri (selanjutnya kita sebut Abah), Eko, dan saya sering membicarakan hal itu. Tetapi rencana hanyalah rencana. Bulan Desember hingga Januari adalah saat dimana curah hujan di Bogor sedang tinggi-tingginya. Terlebih lagi, kami belum mempunyai satu pun peralatan outdoor seperti carrier, nesting, kompor paraffin, sepatu/sandal gunung, dan masih banyak lagi. Alhasil rencana camping urung kami realisasikan.
Awal bulan Juli 2012, awal dimulainya liburan semester dua. Beberapa kawan kuliah mulai meninggalkan kami ke kampung halamannya. Hiks.. It's ok, yang penting oleh-olehnya wajib kalian bawa lho mihihihi. Sebenarnya sebagian besar kawan masih stay di Bogor dan sekitarnya. Tapi, mereka punya rencana liburan masing-masing. Sepi deh... Tapi, terbersit kembali di pikiran saya untuk pergi camping. Saya langsung membicarakannya dengan Eko, kemudian dengan Abah. Dan, mereka sependapat dengan saya. Kami akan camping di Cilember, Cisarua Kab. Bogor dengan waktu maksimal tiga hari dua malam.
Mengenai peralatan outdoor, Eko menyarankan untuk menyewa saja. Kebetulan ada tempat penyewaan perlengkapan outdoor di Citeureup, Lentera nama tokonya. Peralatan yang kami sewa diantaranya tenda dome citarik kapasitas 3-4 orang, ransel (semi carrier), sleeping bag, dan kompor paraffin. Hmm.. akhirnya, rencana untuk camping kesampaian juga...
Mengenai peralatan outdoor, Eko menyarankan untuk menyewa saja. Kebetulan ada tempat penyewaan perlengkapan outdoor di Citeureup, Lentera nama tokonya. Peralatan yang kami sewa diantaranya tenda dome citarik kapasitas 3-4 orang, ransel (semi carrier), sleeping bag, dan kompor paraffin. Hmm.. akhirnya, rencana untuk camping kesampaian juga...
Tetapi ketidakmulusan mulai muncul. Orangtua Eko tidak mengizinkannya pergi camping. Saya menanyakan alasannya lebih lanjut. Sayangnya Eko sendiri pun tidak tahu. Hmm.. izin orangtua tidak bisa diganggu gugat, kami maklum dengan keputusan Eko. Lalu, saya menganjurkan Abah untuk mengajak kawan lain yang bersedia.
Bhatara, kawan yang punya segudang pengalaman adventure-nya akhirnya bersedia kami ajak. Tapi, seperti biasa dia tidak bisa mengeluarkan uang banyak, pas-pasan lah katanya. Well, kami maklumi dengan syarat dia menggadaikan hatinya #Lho
Sebenarnya Bhatara menganjurkan untuk hiking ke gunung Gede saja. Lebih menantang katanya. Sayangnya, giliran saya yang tidak diizinkan orangtua. Hmm.. mau gimana lagi. Kami mengambil opsi pertama saja, camping di Cilember.
Hanya satu hari lagi menjelang hari keberangkatan, Bhatara mengajak kawan yang lain. Saya pesimis, masa iya camping dadakan. Tapi ternyata ada tambahan dua orang yang ikut. Reza dan Ali. Abah bingung mengenai kapasitas tenda yang hanya 3-4 orang yang akan diisi 5 orang (6 orang tepatnya, saya dihitung dua -__-). Bukan Bhatara namanya kalau tidak nekat. Dia bilang tidak masalah. Biar nanti dia yang tidur di luar tenda, hanya dengan berselimutkan sleeping bag. Hhhh... Oke dah, kami akhirnya sepakat --"
Kostan biadab
Supaya tidak terlambat di hari keberangkatan, Abah dan saya memutuskan untuk menginap di kostan Ali. Sementara, Bhatara menginap di Bude nya. Selain Ali, ada seorang temannya dari Tarjun yang menghuni kamar kostan tersebut. Sekitar jam 21.00 kami berempat sudah memasuki dunia lain, sangat nyenyak. Padahal dua jam kemudian akan terjadi peristiwa yang sangat getir.
"BUG BUG BUGGG BUGG!!!", pintu digedor sangat keras. Lalu menyusul suara yang lain, "LIIII, ALIII, KELUARRR, BUKA PINTUNYA.. LIIII.... BUGGG BUGG BUG!!!"
"PULAAANGG KALIAANN... PULAAANGGG... DISINI BUKAN TEMPAT PENAMPUNGAN."
Abah yang pertama sadar dari tidurnya, kemudian saya. Abah membuka pintu pelan-pelan. Muncullah sesosok bapak tua (kakek-kakek) berponco loreng-loreng sambil membawa senter. "MAU NGAPAIN KALIAN DISINI.. DISINI TIDAK BOLEH ADA ORANG LAIN MENGINAP!", kata pak tua itu dengan garang, lebih garang daripada HULK.
"Lho, bukannya Ali sudah meminta izin tadi pak kalau kami berdua malam ini akan menginap?", saya bertanya kepada pak tua dengan (berusaha) sopan.
"GAAKK... GAK BOLEH.. KEMAREN SAYA SUDAH BILANG ALI KALAU KAMAR SUDAH DIHUNI LEBIH DARI SATU ORANG, GAK BOLEH ADA ORANG LAIN YANG MENGINAP. PULANG KALIAN BERDUA. PULAAAANG!", walaupun sudah berumur, emosinya semakin menjadi saja. pffftttt....
Lalu Ali dan temannya terbangun. Mereka berdua hanya terbengong-bengong, masih setengah sadar. Pak tua itu meracau lagi, "LI, KALAU SAMPAI ADA YANG MENGINAP LAGI, JANGAN HARAP KAMU BISA NGEKOST DI TEMPAT INI LAGI. KAMU AKAN SAYA USIR!!"
Ali hanya bengong, tidak berkata apapun. Kemudian saya berkata, "Oke pak, kami berdua pulang. Maaf sekali atas kekhilafan kami". Abah dan saya segera mengemasi bawaan di ransel, dan kemudian, "pulang".
"KAMU TINGGAL DIMANA?", intensitas suaranya mulai menurun beberapa desibel.
"Ciluar pak", jawab saya singkat.
"OOOHH,, DEKET LAH", jawabnya dengan cuek.
Saya tidak menimpalinya lagi. Males, nambah dosa aja. Kami berdua langsung pulang dengan kalimat terakhir, "Kami pulang, maaf sebelumnya."
Pak tua itu hanya bilang "YA". Well, kami menuju penginapan pelarian kami, kampus Yasmen.
Pak satpam yang biasa dipanggil Babeh menyaksikan kami dengan heran. Saya hanya nyengir, "Izin nginep beh, tadi diusir pak tua."
Babeh hanya tertawa malam itu. Dan, beliau mengizinkan kami berdua menginap di kampus. Alhamdulillah.... lega.
Well, Abah dan saya menginap di musholla kampus, berdua saja. Eh, banyak deh. Kami tidur bersama sebatalyon nyamuk -__-
bersambung ke sini....