Nostalgia Bahasa Indonesia

Keputusannya membuat jantungku berhenti berdetak hingga saat ini.

Pak Rahmat berangkat ke Balikpapan dengan menggunakan Garuda
Si jago merah melalap habis toko "Sinar Harapan".

Apakah ada yang tahu keunikan kalimat-kalimat diatas?

Saya yakin, pasti kamu pernah menjumpai kalimat-kalimat diatas. Kalau tidak salah, di SMP kita belajar beginian.

Yap. MAJAS. Kalimat diatas mengandung majas Hiperbola, majas Metonimia, dan yang terakhir mengandung majas Metafora. Tentu saja pembahasan majas adanya di pelajaran Bahasa Indonesia, bukan pelajaran Elektronika ya -__-

Hari ini saya teringat masa-masa SMP dulu. Saat itu saya sangat interest terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia, terutama saat kelas 3 (kalau sekarang, kelas 9). Kebetulan guru Bahasa Indonesia saat itu adalah Ibu Euis Daryanah, seorang guru yang termasuk senior.

Seperti stigma "senior" yang diasosiasikan oleh kebanyakan orang, Bu Euis memang tidak mengenal kompromi atau kasarnya "kolot" lah (lho, bukannya beliau emang udah kolot kan #eh). Selain itu beliau sangat memperhatikan prosedur dan detail dalam menulis. Tidak peduli itu mau menulis surat, menulis cerpen, ataupun menulis makalah. Misalnya :

Pertama, jika kita menulis, tidak boleh ada singkatan seperti ; yg (yang), dg (dengan), ybs (yang bersangkutan), tsb (tersebut), a.n (atas nama), dan masih banyak lagi. Beliau tidak suka itu. Menurutnya, "Memangnya kita masih hidup di zaman 60/70-an ya, jadul bener. Sekarang 2005 nak."

Kemudian, kata ulang seperti ; macam-macam, tindak-tanduk, pacar-pacar, korban-korban php :p tidak boleh menggunakan kuadrat. Misalnya, apa2, sana2, kendaraan2, dan seterusnya. Kalau kita ketahuan oleh beliau menulis seperti ini di saat ulangan harian ataupun ulangan umum, nilai kita akan dikurangi, sedikit sih. Tapi tetep aja rugi kan?

Nah, ini yang saya ingat hingga sekarang. Kata-kata yang kita gunakan harus baku (sesuai EYD), tidak boleh salah. Misalnya ; Ahir seharusnya akhir, metoda seharusnya metode, tehnik seharusnya teknik, expresi seharusnya ekspresi, praktik seharusnya praktek, kwalitas seharusnya kualitas, dan masih banyak lagi kerancuan kata yang masih saya ingat hingga saat ini. Alhasil, gara-gara Bu Euis, saya menjadi orang yang sangat memperhatikan kata-kata. Sebisa mungkin, saya selalu menggunakan kata baku di tugas menulis seperti makalah, karya tulis, bahkan di blog ini. Gatau kenapa, saya ngerasa sebel aja kalau ada kata seperti "tehnik", atau "metoda" nyempil di sebuah karya tulis.

Finally, pengen ketemu sama Bu Euis deh. Katanya sih beliau udah pensiun. Semoga Bu Euis senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah SWT. Bu ... ^^

Terima kasih Bu Euis, ilmu Bu Euis masih saya pergunakan hingga saat ini. Eh, mungkin sampai akhir hayat kepake sih ya, bermanfaat banget. Sebagai mahasiswa, saya tidak bisa lepas dari dunia tulis menulis. Mudah-mudahan juga tidak ada "EYD 2013" atau "EYD 2014 edisi spesial Pemilu" deh, soalnya nanti ribet lagi -__-

Tapi, kita patut menunggu EAYD 2013 tahun depan :3

Note : EAYD = Ejaan Alay Yang Disempurnakan. Misalnya, mungkin 4L4Y menjadi IVLIVY ~

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama